“seekor monyet yang bodoh”. Kisah ini diceritakan Sang Bhagava di jetavana, mengenai raja di Kosala.
Pada suatu musim penghujan, kekecewaan terjadi di perbatasan. Pasukan yang ditempatkan disana, setelah dua atau tiga pertenpuran mereka gagal menaklukan musuh, mereka mengirimkan suatu pesan kepada raja menyangkut musim, menyangkut hujan ketika memulai petempuran, dan berkemah ditaman Jetavana. Kemudian raja mulai mempertimbangkanmusim ini tidak baik untuk suatu ekspedisi, tiap lubang dan cekungan penuh dengan air, jalan berat, aku akan pergi mengunjungi Sang Bhagava. Ia yakin akan bertanya “jauh kemana”, ketika saya bercerita kepadanya ia pasti akan menceritakan kepada dia. Itu adalah tidak hanya didalam hal-hal yang menyangut hidup masa depan yang master (kita/kami) melindungi aku, tapi ia melindungi hal yang mana kita sekarang melihat. Maka perjalananku adalah tidak berhasil bai, ia akan say’ adalah sustu waktu tidak baik untuk pergi, tuan “; tetapi jika aku adalah untuk berhasil baik, ia akan tidak katakan apapun. “maka kedalam taman yang ia datang memberi hormat Sang Bhagava, dan setelah sambuta master duduk pada satu sisi.
Dari mana anda datang, Oh Raja, “tanya Sang Bhagava,” pada waktu yang tidak sesuai dengan musim ini? “ tuan”, dia menjawab ”aku ada diatas jalanku untuk mema damkan suatu perbatasan yang naik” dan aku datang pertama untuk memperoleh jalan keselamatan. Kepada Sang Bhagava berkata maka yang terjadi sebelumnya, raja yang perkasa sebelum mengaadakan perang, sudahlah mendengaer kata yang bijaksana dan kembali dari suatu ekspedisi yang tidak sesuai dengan musim-musim kemudian atas permintaan raja, beliau menceritakan cerita lampau atau lama.
Pada suatu waktu, ketika Brahmadatta sedang memerintah di benares. Ia mempunyai suatu anggota dewan yang merupakan orang kepercayaannya dan penasehat beliau dalam hal rihani dan keduniawian, ada peningkatan di perbatasan dan pasukan yang ditempatkan disana mengirimkan surat kepada raja.
Raja mulai mendirikan kemah ditanah miliknya, dan musim hujan berlangsung, Bodhisatta berdiri dihadapan raja. Pada saat itu oarang-orang memberi makan kuda dengan kacang polong dan menuangkannya kedalam suatu palung. Salah satu monyet yang tinggal ditaman melompat Tuan dari sebuah pohon, mengisi mulut dan kedua tangan dengan kacang polong, kemudia naik lagi, dan duduk diatas pohon ia mulai makan. Disaat makan, satu kacang polong lepas dari tangannya dan jatuh ketanah dengan ssegera menjatuhkan ssemua kacang polong dari mulut dan tangannya, dan turun dari pohon untuk mencari kacang polong yang hilang itu. Tetapi kacang polong itu tidak bisa ia temikan, maka ia naik ke pohon lagi, dan duduk diam, sangat murung, terlihat seperti seseorang yang kehilangan seribu penutupan perkara.
Raja mengamati bagaimana monyet itu bertingkah laku, dan berusaha menunjuk kepada Boddhisatta.
“Kawan apa pendapatmu tentang hal itu?” raja bertanya yang mana Boddhisatta menjawaab. Raja ini adalah orang bodoh yang ssedikit akal ingin melakukan sesuatu, mereka membelanjakan satu pon untuk memenangkan satu sen ddollar, dan beliau melanjutkan dengan mengulang bait yang pertama:” Seekor monyet bodoh, tinggal dipohon, O raja, ketika kedua tangannya penuh dengan kacang polong telah melempar semua mencari yang satu: tidak ada kebijaksanaan, Tuan, dalam hal seprrtio ini.
kemudian Bodhisatta mendekati raja, dan menunjukkannya lagi, mengulangi bait yang kedua: “Seperti itu kita, O raja yuang perksa, semua seperti itu, yang tamak. Kehilangan banyak untuk mendapat sedikit, seperti monyet dan kacang kosong”.
Setelah mendengar bahwa raaja telah mendirikan benteng dari kekuatannya untuk melindingi bergegas pergi dari perbatasan itu.
0 comments:
Post a Comment