(68) “Ayah lihatlah, seorang pengikut yang tua dan miskin dst. Kisah ini dikisahkan oleh sang maha guru di jetavana tentang sesuatu pemahat intinya akan berkenaan denga keahlian adalah dalam buku XIV .
Disini sang maha guru berkata “ wahai para siswa tidak hanya sekali ini saja memiliki pengikut seorang penjahat, pada masa lampau ketika ia terlahir menjadi seekor kera dia mengunakan siasat untuk memanaskan suasana “. Kemudian dia mengisahkan kisah yang telah lampau pada suatu masa ketika brahmadata memerintah di banares Bodhisattva lahir di keluarga brahmana di desa kali ketika ia menginjak dewasa dia menerima pendidikan di Yakasila dan ia mengunakan pendidikan tersebut untuk mengarahkan hidupnya.
Istrinya pada saat itu melahirkan seorang putra dan ketika putranya mulai berlatih berjalan sang istri tersebut meningal, suaminya melakukan pemahkamannya dan ia berkata “ apa artinya bagiku sekarang ? saya dan anak saya akan hidup sebagai petapa “ meninggalkan daerah nya dengan di iringgi air mata ia membawa anaknya keHimalayadan memandikannya sebagai praktisi keagamaan dan hidup serta tinggal di akar-akar pohon dan makan buah dari pohon yang ada di hutan.
Pada suatu hari sepanjang musim hujan ketika terjadi hujan lebat ia membakar tongkat untuk menghangatkan tubuh dan terbaring di tumpukan jerami dan di hangatkan oleh api dari hasilk pembakaran tongkat kemudian putranya duduk di samping sembari mengosok kakinya.
Pada saat itu ada seekor kera liar dalam keadaan mengigil kedinginan mendekati api yang dinyalakan oleh sang petapa “ sekarang”, pikirnya, “ seumpama saya datang ke sana secara lebih dekat mereka akan menjerit dan berkata ada kera ! sehingga akan mengusir saya kembali, saya sebaiknya tidak datang kesanamenghangatkan diri sendiri karena saya sudah mempunyai dia menangis”.
“ Saya harus mendapatkan pakaian pertapa itu dan datang kesanadengan penyamaran “ maka dia mengambil pakaian dari petapa yang telah meninggal mengumpulkannya dalam keranjang dia bergerak dengan cepat membuka pintu gubuk dengan membungkuknan badannya di samping pohon palm. Putra pertapa melihatnya dan berteriak pada ayahnya “ tidak mengetahuinya dia itu adalah kera “ di sini ada pertapa dalam keadaan mengigil kedinginan datang kearah perapian “ (69) kemudian dia berkata pada bapaknya dengan bait syair pertama agar mengijinkan petapa yangmalangikut merasakan kehangatan api .
“ Ayah lihatlah ! ada seorang pertapa yangmalangyang berada di smaping pohon palm disana di sini kita memunyai satu gubug untuk tinggal maka ijinkan ia untuk tinggal bersama kita untuk berbagi rasa kepada kita.
Ketika bodhisattva mendengar hal itu dia segera pergi ke arah pintu untuk melihatnya, tetapi ketika ia melihat makhluk yang di sangka seorang pertapa kemudia ia berkata oh … putraku manusia tidak mempunyai wajah seperti itu ia adalah seekor kera dan dia tidak harus berada bersama kita !. kemudian ia mengulangi syair bait ke dua “ dia akan mengotori tempat kita jika ia masuk ke dalam pintu maka ia seperti muka itu
- mudah dikatakan
- tidak baik dan tidak cocok bila dikandung dan dilahirkan dalam keluarga brahmana.
“ Bodhisattv mempunyai suatu pikira ia menangis apa yang kau lakukan dan kau inginkan disana? “
Melemparinya dan menuntutnya pergi sang kera meninggalkan pakaian pertapa dan tambahlah disanabeberapa pohon kemudian dia mengubur dirinya sendiri di hutan.
Kemudia Bodhisattva mengolah dan melatih untuk hal mulia sampai dia mencapai sifat-sifat brahma dan lahir di alam brahma .
Ketika sang maha guru mengakhiri cerita ini dia mengetahui tumimbal lahir “ laki-laki yang licik itu adalah sang kera di atas rahula adalah sang anak adalah dari pertapa dan saya sendiri adalah petapa itu”.
0 comments:
Post a Comment