Selamat Datang di Blog Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok
Blog ini kami persembahkan untuk teman-teman kami yang rindu akan suasana Vihara, teman-teman yang berminat belajar Dhamma, dan berbagi pengalaman spiritual. Blog ini juga kami dedikasikan sebagai jembatan para umat Vihara Surya Adhi Guna yang tidak dapat datang ke Vihara, kami menyediakan liputan, ringkasan kebaktian, foto-foto dan video setiap aktivitas yang up to date.
Semoga bermanfaat.
Monday, February 6, 2012
Janganlah pernah merasa takut jika mengingat akan kematian
Latih diri - studi meditasi aksi 2009
Kebaktian remaja, sabtu 19 Desember 2009
Protokol : Dwi Yunantara & Try Atmaja
Dhammapada : Meylianawati Dewi
Pembicara : Grace
Pembimbing Meditasi : Romo Pannajayo
Tidak terasa 3 tahun telah berlalu sejak diadakannya Bina Widya ( Kegiatan pelatihan rutin Buddhis yang diselenggarakan oleh SEKBER-PMVBI Jawa Barat dalam belajar Dhamma dan meditasi ) tahun 2006 silam yang diadakan di Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok. Di tahun 2009 ini, Bina Widya kembali diadakan di Vihara Bodhi Diepa Cikampek dengan nama LD-SMA ( latih diri - studi meditasi aksi ). Program pelatihan tahun ini, lebih menitik beratkan pada pelatihan diri dengan bermeditasi dan aksi pada waktu pelatihannya. Peserta yang hadir berasal dari remaja dan pemuda-pemudi Vihara-vihara yang tergabung dalam SEKBER PMVBI Jawa Barat. Sekitar 20 orang remaja dari Vihara Surya Adhi Guna sudah mendaftar sebagai peserta kegiatan ini, untuk itu pada malam hari ini Sdri. Grace Chandra meminta kepada Romo Pannajayo membimbing para calon peserta LD-SMA untuk berlatih meditasi.
Pada sesi penjelasan meditasi, Romo menjelaskan bermacam-macam posisi duduk saat bermeditasi.
1. Teratai penuh ( full lotus / golden Buddha )
2. Teratai separuh ( half lotus )
3.
Kami bermeditasi sambil diberi pengarahan oleh romo Pannajayo. Objek meditasi yang Romo anjurkan adalah keluar masuknya pernafasan. Sekitar 15 menit Dhammasala Vihara menjadi sangat hening, padahal pada kebaktian malam hari ini umat remaja yang hadir cukup banyak.
Mungkin karena rasa keingin tahuan para umat untuk mencoba melatih meditasi.
Saya sendiri pun sebenarnya sudah sangat lama tidak bermeditasi, padahal latihan konsentrasi adalah hal yang sangat dianjurkan oleh Guru Agung kita. Pikiran kacau terus menemani saya sewaktu bermeditasi kali ini. Sampai pada akhirnya meditasi pun selesai.
Sunday, February 5, 2012
Romo Pannajayo : Hiri & Ottapa
Kebaktian Umum, Jumat 23 Oktober 2009
Pemimpin kebaktian : Uu Dharmawan
Dhammadesana : Romo Pannajayo
Penulis : Tommy
Hari ini adalah minggu ke 4 kebaktian umum bulan Oktober. Suasana Hari Raya Kathina masih terasa begitu pekat tatkala setiap Vihara di Kabupaten Karawang dan sekitarnya masing-masing mengadakan perayaan Kathina. Pada kebaktian malam hari ini Romo Pannajayo membahas mengenai Hiri dan Ottapa. Yakni malu dan takut untuk berbuat jahat. Pada prinsipnya Hiri dan Ottapa ini bisa timbul pada bathin masing-masing orang dengan dilandasi pengetahuan yang benar tentang sebab dan akibat perbuatan yang kita lakukan. Setelah kita mempunyai pengetahuan tentang sebab dan akibat dari perbuatan yang kita lakukan, akan timbul pemikiran untuk malu berbuat yang tidak baik dan juga akan takut akan akibat dari perbuatan yang kita lakukan.
Dengan mengetahui sebab dan akibat perbuatan yang kita lakukan, kita pastilah akan berpikir dua kali untuk melakukan perbuatan yang kurang sesuai menurut Dhamma. Dengan mengalami sendiri sebab dan akibat perbuatan yang tidak baik, kita sudah tentu akan memahami maksud dari Hiri dan Ottapa.
Hiri dan Ottapa bisa juga timbul dari lingkungan sekitar kita yang mendorong kita untuk malu dan takut berbuat jahat. Apabila orang tua kita adalah orang yang mempunyai nama baik, kita dengan sendirinya akan berusaha untuk menghindari perbuatan yang dapat merusak nama baik orang tua kita. Apabila sanak saudara kita rajin menolong orang lain, dengan sendirinya pula, kita akan memiliki kebiasaan menolong orang lain.
2 hal ini perlu kira terus ingat, Hiri dan Ottapa. Malu untuk berbuat jahat, takut akan hasil dari perbuatan yang kita lakukan. Demikian ringkasan Dhammadesana Romo Pannajayo yang disampaikan, Semoga Bermanfaat
Readmore..Bpk. Hemartha : Perjuangan dan Proses
Protokol : Romo pannajayo
Lilin ALtar : Bp.hasan
Dhammapada : Ibu Vina
Dhammadesana : Bp.Hemartha
Penulis : Yessica F.S. & Nanda Devi Nur
Pada hari jumat ini malam yang berbahagia untuk kita semua.
seperti yang kita tahu pada setiap hari jumat minggu ketiga kita kedatangan bhikku sanggha dari vihara Dhammacakkha jaya jakarta, tetapi pada malam hari ini bhante berhalangan hadir karena dikhawatirkan macet karena arus mudik. Walau pun demikian umat Vihara Surya Adhi Guna tetap bersemangat untuk datang datang ke vihara, walau pun memang tidak sebanyak seperti minggu-minggu sebelumnya, ini mungkin karena banyaknya kesibukan karena beberapa hari lagi akan lebaran. Dalam kesempatan ini, Bapak Hemartha yang diberikan kesempatan untuk mengisi dhammadesana. Beliau menjelaskan mengenai perjuangan dan proses dalam hidup ini. Di dalam agama buddha terutama di Vihara Surya Adhi Guna pasti ada yang namanya organisasi seperti ketua dan sejajarnya. Baik dalam kebaktian sekolah minggu (GABI), Remaja, maupun kebaktian ini tidak lepas dari sebuah kepengurusan, mulai dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan lain-lain yang berkecimpung ini seyogyanya kita ikut berperan aktif dalam sebuah kepengurusan. Jika kita terlibat dalam suatu organisasi kita mau tidak mau akan berusaha untuk terus melakukan kebaikan-kebaikan dan pelayanan untuk banyak orang. Dalam pengertian kepengurusan tidak penting tertulis jabatan-jabatannya tapi yang penting adalah bagaimana kita dapat selalu mengembangkan Buddha dhamma dengan baik dan melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat untuk diri kita dan semua orang.
Kita tidak akan tahu berapa lama kita hidup di dunia ini, sadarilah hidup ini tidak kekal. Kadang kita di atas, suatu saat bisa saja berada di bawah. Oleh karna itu banyak-banyak lah untuk melakukan sesuatu hal yang terbaik! baik bagi diri sendiri dan juga orang banyak. "Saya pernah melihat dhammadesana dari samanera Abhasaro yang tidak lain kita kenal adalah saudara Mirad. Di dalam dhammadesanya itu diputarkan sebuah video. Didalam video itu digambarkan seorang ibu yang sedang melahirkan, lalu bayinya yang masih merah tersebut pun meluncur di udara berproses menjadi remaja, berproses lagi menjadi dewasa, lalu tua dan kemudian masuk ke dalam liang kubur. Begitu cepatnya kehdupan kita ini. Namun ketika kita renungkan sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu, sepertinya baru saja kemarin. Mengingatkan kita kalau kehidupan itu hanya sekejap mata.
lalu Bpk. Hemartha bercerita kalau dulu beliau sering melakukan latihan meditasi. "Yang saya alami pada saat saya masih sering melakukan meditasi, ketika tidur pun nyenyak tidak ada gangguan apapun. Kita pun sering kali mengalami kesusahan pada saat meditasi. Dalam tahap belajar kita bisa melakukan tahap yang lebih mudah dahulu seperti menyadari keluar masuknya udara".Yang jelas, untuk melakukan perbuatan baik banyak sekali hambatannya dan halanganya, secara jujur untuk bisa datang ke vihara pun kita masih merasa sukar apalagi ketika kita dalam keadaan tidak sehat pasti kita akan menjadi malas untuk berangkat ke vihara. Tetapi biasanya untuk berbuat sesuatu yang tidak baik terasa begitu mudah dan gampang unuk dilakukan.
Berbahagialah ibu-bapak serta saudara-saudari yang masih sempat datang ke vihara. Kehidupan kita sendiri ini tergantung pada karma sekarang dan karma yang masa lampau, dan kehidupan kita nanti juga ditentukan oleh perbuatan kita yang sekarang. Alam kehidupan berumah tangga kita tidak terbebas dari sila-sila yang harus kita jalan kan untuk melatih diri agar menjadi lebih baik oleh karna itu jalankan sila dengan sebaik-baiknya.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia...
Sadhu 3x
Saturday, February 4, 2012
Grace Chandra : English Buddhism
Kebhaktian Remaja, 31 Oktober 2009
Protokol : Ratna Sari
Penyalaan Lilin Altar : Tasya
Dhammapada : Mira dan Nanda
Dhammadesana : Grace Chandra
Namo Buddhaya..,
Dua hari sebelum kebhaktian remaja saya sudah merencanakan untuk mengisi kebhaktian remaja 31 Oktober dengan suatu artikel singkat berbahasa Inggris yang saya peroleh dari Samanera Abhassaro, Artikel ini berjudul "Buddhism" yang mengulas tentang perkembangan agama Buddha dahulu pada jaman Buddha hingga saat ini.
Pada awal acara saya meminta anak-anak remaja untuk duduk melingkar. Lalu saya memberi waktu sekitar 10 menit kepada masing-masing anak remaja untuk membaca artikel itu. Dengan anusias dan penuh perhatian mereka semuanya membaca artikel tersebut. Akhirnya waktu pun sudah menunjukkan jam 19.40 lalu saya pun meminta para remaja untuk membaca artikel secara bergiliran dan menerjemahkannya. Setelah selesai membaca kemudian 10 soal yang ada di artikel pun dijawab secara bergiliran.
Acara kemudian saya lanjutkan dengan TTS agar suasana menjadi lebih rileks. TTS Buddhis ini pun merupakan kiriman dari Samanera Abhassaro. Para remaja dengan gembira dan bersemangat mengisi TTS tersebut.
Acara malam ini merupakan salah satu variasi pengisian acara kebhaktian di Vihara agar lebih variatif dan tak jenuh. Dengan acara ini kami dapat belajar bahasa inggris tapi kami juga belajar Dhamma. Selain itu suasana keakraban pun jadi semakin tercipta.
Buddhism
Buddhism come from the word Buddha. Buddha was a person. He lived more than two thousand five hundred years ago in India. His family was rich. He lived in a beautiful house with many servants One day when he went out of his house, he saw many poor and unhappy people. He looked out at them. Hea sked himself these questions, "Why are people so unhappy? How can people be happy"
When he was twenty nine years old, he left his family and his beautiful home. He went out into the world to find the answers. He tried many ways. He studied with teachers but they did not answers his questions After this he tried another way. He lived in the forest He hurt his body. He did not eat for many days. He tried to get away from his body. But thid did not give him the answers to his questions.
Then he sat down under a Bodhi tree and he thought. He sat for forty-nine days. After this time he learned something from himself. He became at the Buddha. His questions were answered. People are unhappy because they wants things. They are always looking for food, money and other things. When a man does not want things, he is free. He does not think about himself. He dos not think about tomorrow. He is kind to others.
Buddha died when he was eighty years old. During his life he travelled to many places. He taught many people. He had many students. A follower of Buddha is called a Buddhist. Some Buddhist become monks. Monks do not work. They do nor have money. They are given their food by other people. They wear a long yelloy piece of cloth. They cut off their hair. They usually do not wear anything on their feet. They pray and think. Early in the morning the monk wals along the street. He carries a bowl. People stop him and give him food. He can not ask for food. A monk's life is not easy. He tries to get away froem the world. He tries to follow the teachings of Buddha.
In Thailand any man can be a monk. Many people become monks for a short time, usually three months. This happens during the wet season in Thailand. This time as a monk is very important for Thai men. They do not llive with their family then. They go to live and study in a monk's house. After three months they go back to their own life. Some are monks for a longer time. They study the teachings of Buddha. These are his teachings. Life is not happy. It is like this because people always want things. When people do not want things, they will be happy. You can learn to do this when you study Buddha's teachings. Buddha teachings were not written down until two or three hundred years after he died. Before this people just remembered them and told them to others.
There is more than one kind of Buddhism. All Buddhis follow the teachings of Buddha but they are not always the same. Buddhism in Japan is a little different from Thai Buddhism. People understand the teachings of Buddha in different ways.
Qustion Buddhism:
1. Buddha lived
a. five hundred years ago
b.one thousand years ago
c. two thousand years ago
d. more than two thousand years ago.
2. When he was a child, Buddha was
a. Very poor
b. rich
c. happy
d. very ill
3. Buddha left his home because
a. he did not like his parents
b. he wanted answers for his questions
c. he wanted to travel
d. he wanted to meet people
4. After Buddha left home, he first
a. went to Thailand
b. lived in the forest
c. studied with teachers
d. sat and thought
5. Buddha did not eat and he hurt himselft because
a. he wanted die
b. he was very unhappy
c. he wanted to learn something
d. he was angry at himself
6. Buddha learned this. Man is unhappy because
a. he wants things
b. he is poor
c. he does not believe in God
d. he does not think about tomorrow
7. A Buddhist monk
a. Works
b. asks for his food
c. has long hair
d. does not have money
8. The clothes of the monk are
a. grey
b. white
c. yellow
d. many colours
9. In Thailand most men become monks for
a. one month
b. three months
c. a year
d. two years
10. We still know Buddha's teachings because
a. people always told them to each other
b. Buddha wrote them in three books
c. they were written in stone before Buddha died
d. Buddha still teaches them
the answers:
1. d; 2. b; 3. b; 4. c; 5. c; 6. a; 7. d; 8. c; 9. b; 10. a
Demikianlah ringkasan kebhaktian remaja tanggal 31 Oktober 2009. Semoga ringkasan ini bermanfaat. Selain itu saya juga ucapkan terima kasih kepada Samanera Abhassaro yang telah mengrimkan suatu artikel dan TTS untuk digunakan dalam kebhaktian kami. Selamat berjuang Samanera dan Semoga Samanera segera mencapai pencerahan. Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!
Friday, February 3, 2012
Awal Tahun 2010
Selamat Datang di Blog Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok
Blog ini kami persembahkan untuk teman-teman kami yang rindu akan suasana Vihara, teman-teman yang berminat belajar Dhamma, dan berbagi pengalaman spiritual. Blog ini juga kami dedikasikan sebagai jembatan para umat Vihara Surya Adhi Guna yang tidak dapat datang ke Vihara, kami menyediakan liputan, ringkasan kebaktian, foto-foto dan video setiap aktivitas yang up to date.
Semoga bermanfaat.
Bpk. Hemartha : Kasih orang tua sepanjang Jaman
Kebaktian Umum Jumat, 25 September 2009
Protokol : Wawah S.
Lilin Altar : Ibu Empang
Dhammapada : Ibu Lilayani ( Gatha 159 & 160 )
Dhammadesana : Bpk. Hemartha Viryajaya
Penulis : Tommy ( Facebook )
Hari jumat ini adalah hari pertama kebaktian umum setelah libur panjang libur lebaran 1430 H / 2009. Umat yang datang ke Vihara Surya Adhi Guna pun menjadi lebih sedikit dari biasanya. Banyak alas duduk yang terlihat kosong.
Pada kesempatan kali ini, Bpk Hemartha yang merupakan Ketua MBI Rengasdengklok bersedia untuk memberikan Dhammadesana pada kebaktian kali ini.
“ Pada kesempatan Dhammadesana kali ini saya akan memberikan Dhamma dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Yang tidak melulu terpaku pada text book. Karena penyampaian Dhamma dengan bahasa sehari-hari pastilah akan lebih mudah dimengerti ketimbang teori-teori yang menggunakan kata-kata mutiara. ” Ucap Bpk. Hemartha pada awal Dhammadesananya.
Bpk. Hemartha mengutip kata-kata Dhammapada yang disampaikan oleh Ibu Lilayani yakni disampaikan sebelum Dhammadesananya dimulai,
“ Diri kita adalah pelindung diri kita sendiri, tapi diri kita sungguh sulit untuk dikendalikan. ” Dari kata-kata yang dikutip oleh Dhammapada tersebut memang seperti itulah yang terjadi pada kenyataan hidup. Banyak orang sepertinya lebih mudah untuk mengendalikan orang lain, tapi sungguh sangat sulit untuk mengendalikan dirinya sendiri.
Dalam hal pengendalian diri, sebagai anak dan orang tua saja mungkin akan sangat sering terjadi bentrokan pendapat, pola pikir dan tindakan. Tapi yang namanya orang tua, kasih sayangnya tidak terbatas pada anak-anaknya. Apapun yang diperbuat oleh anak-anaknya, pastilah orang tua tetap menyayangi anak-anaknya. Seperti kata pepatah: “ Kasih orang tua sepanjang jaman, kasih saudara sepanjang galah ”. Dari ungkapan tersebut, sungguh besar kasih orang tua kepada anak-anaknya. Dan sebaliknya, anak-anak sudah seharusnya berbakti pada orang tuanya. Banyak orang mencari tempat pemujaan, tempat berlindung ke tempat-tempat yang jauh. Tapi sesungguhnya MUTIARA , ladang untuk berbuat baik, berada sangat dekat dengan kita. Yakni orang tua kita sendiri. Berbakti pada orang tua ketika orang tua kita masih hidup, adalah berkah utama.
Perbuatan baik atau pun perbuatan buruk yang kita lakukan pastilah akan berbuah sesuai dengan yang kita perbuat. Apabila kita selalu berbakti pada orang tua, sudah pasti kita akan berkumpul dengan orang-orang yang berbakti juga. Mendapatkan anak yang berbakti. Semoga perbuatan baik inilah yang terus dilakukan untuk kehidupan yang lebih baik.
Demikian Uraian Dhammadesana yang disampaikan oleh Bpk. Hemartha.
Lalu Bpk. Hemartha melanjutkan dengan pemberitahuan mengenai TOUR Khatina yang diadakan oleh Vihara Surya Adhi Guna untuk umat Vihara. Rencana para umat akan TOUR untuk mengikuti Khatina Puja di Panti Semedi Balerejo di Dekat Blitar. Acara ini diadakan oleh YM Bhante Uttamo Mahathera. Para umat sangat antusias untuk mengikuti Tour ini. Terlihat dari 40 bangku yang disediakan panitia sudah habis dari beberapa minggu yang lalu. Sehingga panitia terpaksa menyediakan 23 bangku tambahan menggunakan Bis kecil untuk umat tambahan. 23 bangku tersebut pun sudah habis terhitung hari ini. Jumat, 25 September 2009. Jadwalnya para rombongan Tour akan berangkat pada pukul 06.00 Pagi pada hari Jumat 9 Oktober 2009 langsung menuju Blitar Jawa Timur. Rencana Tour akan berlanjut ke Vihara Tuban, Gunung Kawi, dan ke Jembaran SURAMADU yang menghubungkan pulau Jawa dan Madura.
Sekian Ringkasan Kebaktian ini.
Semoga Bermanfaat.
Thursday, February 2, 2012
Tommy : Belajar bersikap positif dengan penilaian orang lain
Kebaktian Remaja, Sabtu 26 September 2009
Protokol : Meylianawati Dewi
Dhammapada : Nanda Devi Nur
Penulis : Tommy
Kebaktian kali ini saya mendapatkan giliran untuk mengisi ceramah atau sharing Dhamma. Berbicara di depan umum tidak sulit, tapi berceramah di depan umum bagi saya bukanlah hal yang mudah. Dengan pengetahuan & pengalaman yang saya miliki sekarang, saya merasa belum siap untuk berbagi untuk teman-teman seDhamma. Maka dari itu, saya mengajak para umat remaja yang hadir pada kebaktian kali ini untuk berinteraksi dengan teman-teman yang lain.
Pada awal bulan yang lalu Grace Chandra mengajak para umat untuk menilai karakteristik diri sendiri. Untuk melengkapi apa yang sudah dilakukan pada awal bulan September lalu, pada akhir bulan ini saya mengajak setiap umat untuk bersedia dinilai karakteristiknya oleh orang lain. Para umat saya minta untuk duduk melingkar. Ada 24 orang yang hadir pada kebaktian malam hari ini. Salah satu dari mereka, secara bergantian duduk di tengah – tengah lingkaran untuk diberi penilaian tentang sifat-sifat positif & negative oleh teman-teman lainnya pada selembar kertas. Sehingga setiap anak akan membawa pulang 23 lembar kertas yang berisi penilai sifatnya dari teman-teman yang hadir ke vihara. Tapi tentu, teman-temannya tidak menuliskan namanya dikertas tersebut.
Beberapa orang telihat antusias untuk memberi penilaian pada teman-temannya. Mungkin orang yang antusias ini mempunya unek-unek yang ingin disampaikan pada temannya tersebut.
Maksud saya mengajak para umat untuk melakukan kegiatan ini adalah agar para remaja bisa belajar mendengarkan apa yang orang lain sarankan. Mungkin penilaian orang lain terhadap sifat jelek kita mungkin begitu menyakitkan, tapi apabila memang sesuai dengan kenyataan, dan memang perlu kita ubah, kita harus berterimakasih pada orang tersebut.
Mungkin juga ada orang lain yang menilai kita BAIK, bahkan lebih baik dari kenyataan. Penilaian itu pun harus disikapi secara positif. Apabila kita memang belum seperti itu, kita harus mewujudkan penilaian tersebut apabila membawa manfaat yang baik bagi kehidupan kita.
Tapi mungkin juga orang menilai kita yang NEGATIF. Apabila kita memang tidak seperti itu, kita tidak perlu pusing, tidak perlu kesal dan terus memikirkan apa kata orang tersebut.
Satu cerita penutup yang saya sampaikan pada para umat mengenai cerita Seorang ayah dan anak yang berjalan-jalan keliling kota dengan membawa seekor kuda. Diawal perjalanan, sang anak yang masih muda mempersilahkan ayahnya untuk menaiki kuda, sedangkan sang anak berjalan menuntun kuda yang dinaiki ayahnya. Beberapa meter meraka berjalan, mereka bertemu dengan teman dari sang anak. Lalu teman sang anak itu berkata, “ Wah.. Tega amat seh ayah mu! Masa anaknya disuruh jalan, sedangkan ayahnya enak-enakan naik kuda. ”. Mendengar apa yang diucapkan oleh teman sang anak, sang ayah segera meminta anaknya yang menaiki kuda dan ia yang sekarang menuntun kuda. Lalu mereka melanjutkan kembali perjalanan keliling kota. Dipersimpangan jalan, mereka bertemu dengan teman sang ayah. Lalu teman dari sang ayah tersebut berkata, “ Wah kebangetan..! masa anaknya masih muda, tega membiarkan ayahnya yang sudah tua berjalan.” Mendengar hal itu, sang anak berpikir kalau begitu lebih baik mereka berdua saja yang menaiki kuda tersebut. Sang ayah tidak lelah, begitu pun sang anak. Akhirnya mereka setuju untuk sama-sama menaiki kuda tersebut. Tidak berapa jauh setelah mereka melanjutkan perjalanan, orang-orang di sekitarnya berkata : “ Kasian banget itu kuda, ditaiki oleh 2 orang . Tega benerrrr..!! ”. Lagi-lagi mendengar hal ini sang ayah berkata “ Kalau begitu kita tuntun saja kuda ini. Kita berdua jalan kaki saja sambil berkeliling kota. ” Karena mendengar kritikan dari orang lain, sang anak pun menyetujui apa kata ayahnya. Dan mereka berdua pun berjalan kaki keliling kota menuntun kuda tersebut. Sesampai dirumah, mereka sangat kelelahan karena berjalan keliling kota. Lalu ibu dari sang anak berkata, “ Kalian berdua sungguh bodoh..!! bawa kuda, tapi kok malah dituntun! Bukannya ditaiki. ”
Dari cerita ini, kita memang harus bisa mendengarkan saran dari orang lain. Tapi harus dibarengi dengan kebijaksanaan. Banyak orang, banyak saran, dan yang pasti banyak pemikiran. Kita yang melakukan, kita harus bijaksana. Semoga Bermanfaat.
Tambahan :
Ada pengumuman
Sdri. Nanda Devi Nur: Minggu depan hari sabtu tanggal 3 Oktober 2009 para umat remaja yang berminat untuk berdana kathina diminta untuk membawa makanan ringan dan perlengkapan Bhikkhu seperti : ( Sabun, Odol, handuk, Shampoo dll ) untuk dibuatkan parsel gabungan untuk dipersembahkan pada dana kathina tanggal 16 Oktober 2009.
Sdri. Grace Chandra :
-Hari selasa, 29 September 2009 ada rapat Buletin edisi kathina pukul 19.00
-Hari Rabu, 30 September 2009 ada belajar adobe photoshop pukul 19.00
Bapak Hemarta : Pentingnya Konsentrasi
Selamat Datang di Blog Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok
Blog ini kami persembahkan untuk teman-teman kami yang rindu akan suasana Vihara, teman-teman yang berminat belajar Dhamma, dan berbagi pengalaman spiritual. Blog ini juga kami dedikasikan sebagai jembatan para umat Vihara Surya Adhi Guna yang tidak dapat datang ke Vihara, kami menyediakan liputan, ringkasan kebaktian, foto-foto dan video setiap aktivitas yang up to date.
Semoga bermanfaat.
Wednesday, February 1, 2012
Samanera Abhasaro : Dari terang menuju terang
Kebhaktian Remaja, 28 November 2009
Protokol : Meylianawati Dewi
Penyalaan Lilin Altar :
Pembacaan Dhammapada : Mira dan Nira
Penulis :
Sidhi Agustiana Taniman
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa …. (3 X)
Malam ini Dhammadesana kebhaktian remaja di Vihara SURYA ADI GUNA diisi oleh Samanera Abhassaro. Beliau membabarkan Dhamma dessana tentang pandangan salah. Pandangan salah terdiri atas tiga macam yaitu:
1. Pandangan yang menganggap semua perbuatan tidak ada akibatnya
Contoh: ketika kita digigit nyamuk kemudian kita memukul si nyamuk, dan nyamuk itu pun mati. Apabila kita beranggapan bahwa perbuatan tersebut tidak ada akibatnya adalah salah. Perbuatan membunuh seekor nyamuk tetap membuat kita akan menanggung karma buruk dari perbuatan yang telah kita lakukan tersebut.
2. Pandangan yang menganggap semua perbuatan tidak ada sebabnya atau menganggap suatu kejadian adalah tiba-tiba terjadi, atau telah ada yang mengatur.
Pandangan ini adalah salah, karena sebenarnyas semua hal yang terjadi ada sebab-seba yang mendukungnya. Contohnya, pada hari ini kita dapat Vihara antara lain karena kita mempunyai waktu luang, karena ingin berbuat baik, dan masih banyak lagi.
3. Pandangan yang menganggap semua perbuatan itu tidak ada sebab dan akibatnya.
Setelah selesai menguraikan tentang pandangan salah, kemudian samanera Abhassaro membahas tentang EMPAT MACAM KEBAHAGIAAN yang terdiri atas:
1. Kebahagiaan yang timbul karena kita memiliki sesuatu.
Contohnya ketika kita memiliki HP baru atau kita mempunyai pacar baru maka kita akan merasakan kebahagiaan.
2. Kebahagiaan yang timbul karena kita dapat menikmati sesuatu yang kita miliki.
Contohnya ketila kita dapat menikmati aplikasi-aplikasi yang ada di Hp baru kita.
3. Kebahagian yang timbul karena kita tidak memiliki hutang.
Contohnya ketika kita membeli Hp baru, dan kita membelinya dengan kontan bukan dengan utang. Dengan membeli kontan (tanpa utanag) maka kita tidak akan merasa malu dan pusing-
4. Kebahagiaan tanpa cela.
Contohnya kebahagiaan yang timbul karena kita jalankan sila dengan benar.
Diakhir dhammadesana-Nya, Samanera memberika suatu empat perumpaan tentang alur kehidupan yang kita jalani, yaitu :
1. Dari gelap menuju gelap, maksudnya adalah seseorang yang memiliki kehidupan yang sudah buruk akan tetapi dalam kehidupannya ia malah melakukan perbuatan buruk. Akibat dari perbuatan buruknya ini maka dia akan menjauh dari terang dan menuju ke arah semakin gelap.
2. Dari gelap menuju terang, maksudnya adalah kehidupan seseorang yang memiliki kehidupan yang sudah buruk akan tetapi dalam kehidupannya ia melakukan perbuatan baik. Akibat dari perbuatan baiknya ini maka dia akan berjalandari arah gelap ke arah yang terang.
3. Dari terang menuju gelap, maksudnya adalah kehidupan seseorang yang memiliki kehidupan yang sangat baik akan tetapi dalam kehidupannya ia malah melakukan perbuatan buruk. Akibat dari perbuatan buruknya ini maka dia akan berjalan dari arah terang menuju ke arah yang gelap.
4. Dari terang menuju terang, maksudnya adalah kehidupan seseorang yang memiliki kehidupan yang sangat baik dan dalam kehidupannya ia pun melakukan perbuatan baik. Akibat dari perbuatan baiknya ini maka membuat dia akan berjalan dari arah terang menuju ke arah yang terang.
Samanera pun berpesan agar kami semua termasuk golongan manusia yang harus berjalan menuju ke arah terang. Lakukan perbuatan baik dan hindari perbuatan yang jahat. Demikianlah uraian ringkasan kebhaktian remaja, 28 November 2009. Semoga bermanfaat.
Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!
Romo Pannajayo : Lemah Lembut
Protokol: Antoni kho ( Facebook )
Penyala Lilin Altar:
Fellita Anjani (Facebook)
Pembaca Dhammapada: Mellisa Rosia (Facebook) dan Meylianawati Dewi ( Facebook )
Pengumuman1 : Grace Chandra ( Facebook )
-design jaket.
-Prosesi puja untuk Kahtina
Pengumuman2 : Sidhi Agustiana Taniman ( Facebook )
-untuk yang sekolah di Yos Sudarso Karawang dan sekolah swasta lainnya, jika ingin surat aktivitas harus rajin datang ke Vihara. Karena nanti akan di absen.
Dhammadesana : Romo Pannajayo
Penulis : Nadila (Facebook)
Pada malam yang berbahagia ini, adik-adik dapat hadir ke Vihara walaupun ini hari libur panjang dimana kebanyakan orang sudah pergi berlibur bersama keluarga. (pembuka).
Romo memulai ceramah Dhammanya dengan tema lemah lembut. Kita sebagai manusia yang terlahir sebagai makhluk yang harus bersosialisasi. Kita tidak bisa hidup tanpa mengandalkan orang lain. Kita membutuhkan semua orang. Maka dari itu, sikap kita terhadap orang lain harus lemah lembut. Jangan sampai kita berbicara kasar kalau kita membutuhkan orang lain.
Beberapa tahun yang lalu ada seorang teman saya yang mengatakan bahwa “saya tidak membutuhkan orang tua saya lagi!”. Pada saat itu, ia sedang bertengkar dengan orang tuanya. Akhirnya beliau pergi dari rumah. Setelah saya hubungi, ternyata ia ada di Jakarta. Di Jakarta ia bekerja dengan susah payah. Orang tua di rumah menanti anaknya untuk segera pulang. Saat itu saya bujuk ia untuk pulang. Akhirnya ia pulang bersama saya. Setelah sampai di rumah, ia meminta maaf pada orang tuanya. Dengan gembira Orang tuanya pun memaafkan anaknya. Setelah itu, ia dinikahkan orang tuanya. Kehidupannya menjadi membaik setelah bantuan dari orang tuanya. Sampai akhirnya ia bisa mandiri sendiri. Lalu saat ia bisa membiayai keluarganya sendiri, saya bertanya “kamu masih membutuhkan orang tua kamu tidak?”
Beliau menjawab “ ya, saya masih membutuhkan orang tua saya”.
Dari cerita tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa kita masih membutuhkn orang lain apalagi orang tua kita. Walaupun kita sudah mandiri, kita tetap membutuhkan orang tua kita untuk menyokong mereka. Seperti yang tertulis pada Manggala Sutta, Berbakti pada ayah dan ibu adalah berkah utama. Kalau kita tidak membutuhkan orang lain, siapa yang mau menolong kita saat kita membutuhkan pertolongan? Maka dari itu, kita harus memperlakukan mereka dengan Lemah Lembut. Karena Lemah Lembut adalah salah satu modal untuk mencapai kebahagiaan tertinggi.
Semoga semua makluk hidup berbahagia.
Sadhu… sadhu… sadhu…