Monday, February 6, 2012

Janganlah pernah merasa takut jika mengingat akan kematian

| Monday, February 6, 2012 | 0 comments

Selamat Datang di Blog Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok
Blog ini kami persembahkan untuk teman-teman kami yang rindu akan suasana Vihara, teman-teman yang berminat belajar Dhamma, dan berbagi pengalaman spiritual. Blog ini juga kami dedikasikan sebagai jembatan para umat Vihara Surya Adhi Guna yang tidak dapat datang ke Vihara, kami menyediakan liputan, ringkasan kebaktian, foto-foto dan video setiap aktivitas yang up to date.
Semoga bermanfaat.

Readmore..

Latih diri - studi meditasi aksi 2009

| | 0 comments

Kebaktian remaja, sabtu 19 Desember 2009
Protokol : Dwi Yunantara & Try Atmaja
Dhammapada : Meylianawati Dewi
Pembicara : Grace
Pembimbing Meditasi : Romo Pannajayo

Tidak terasa 3 tahun telah berlalu sejak diadakannya Bina Widya ( Kegiatan pelatihan rutin Buddhis yang diselenggarakan oleh SEKBER-PMVBI Jawa Barat dalam belajar Dhamma dan meditasi ) tahun 2006 silam yang diadakan di Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok. Di tahun 2009 ini, Bina Widya kembali diadakan di Vihara Bodhi Diepa Cikampek dengan nama LD-SMA ( latih diri - studi meditasi aksi ). Program pelatihan tahun ini, lebih menitik beratkan pada pelatihan diri dengan bermeditasi dan aksi pada waktu pelatihannya. Peserta yang hadir berasal dari remaja dan pemuda-pemudi Vihara-vihara yang tergabung dalam SEKBER PMVBI Jawa Barat. Sekitar 20 orang remaja dari Vihara Surya Adhi Guna sudah mendaftar sebagai peserta kegiatan ini, untuk itu pada malam hari ini Sdri. Grace Chandra meminta kepada Romo Pannajayo membimbing para calon peserta LD-SMA untuk berlatih meditasi.

Pada sesi penjelasan meditasi, Romo menjelaskan bermacam-macam posisi duduk saat bermeditasi.

1. Teratai penuh ( full lotus / golden Buddha )

2. Teratai separuh ( half lotus )

3.

Kami bermeditasi sambil diberi pengarahan oleh romo Pannajayo. Objek meditasi yang Romo anjurkan adalah keluar masuknya pernafasan. Sekitar 15 menit Dhammasala Vihara menjadi sangat hening, padahal pada kebaktian malam hari ini umat remaja yang hadir cukup banyak.
Mungkin karena rasa keingin tahuan para umat untuk mencoba melatih meditasi.
Saya sendiri pun sebenarnya sudah sangat lama tidak bermeditasi, padahal latihan konsentrasi adalah hal yang sangat dianjurkan oleh Guru Agung kita. Pikiran kacau terus menemani saya sewaktu bermeditasi kali ini. Sampai pada akhirnya meditasi pun selesai.

Readmore..

Sunday, February 5, 2012

Romo Pannajayo : Hiri & Ottapa

| Sunday, February 5, 2012 | 0 comments

Kebaktian Umum, Jumat 23 Oktober 2009
Pemimpin kebaktian : Uu Dharmawan
Dhammadesana : Romo Pannajayo
Penulis : Tommy

Hari ini adalah minggu ke 4 kebaktian umum bulan Oktober. Suasana Hari Raya Kathina masih terasa begitu pekat tatkala setiap Vihara di Kabupaten Karawang dan sekitarnya masing-masing mengadakan perayaan Kathina. Pada kebaktian malam hari ini Romo Pannajayo membahas mengenai Hiri dan Ottapa. Yakni malu dan takut untuk berbuat jahat. Pada prinsipnya Hiri dan Ottapa ini bisa timbul pada bathin masing-masing orang dengan dilandasi pengetahuan yang benar tentang sebab dan akibat perbuatan yang kita lakukan. Setelah kita mempunyai pengetahuan tentang sebab dan akibat dari perbuatan yang kita lakukan, akan timbul pemikiran untuk malu berbuat yang tidak baik dan juga akan takut akan akibat dari perbuatan yang kita lakukan.

Dengan mengetahui sebab dan akibat perbuatan yang kita lakukan, kita pastilah akan berpikir dua kali untuk melakukan perbuatan yang kurang sesuai menurut Dhamma. Dengan mengalami sendiri sebab dan akibat perbuatan yang tidak baik, kita sudah tentu akan memahami maksud dari Hiri dan Ottapa.

Hiri dan Ottapa bisa juga timbul dari lingkungan sekitar kita yang mendorong kita untuk malu dan takut berbuat jahat. Apabila orang tua kita adalah orang yang mempunyai nama baik, kita dengan sendirinya akan berusaha untuk menghindari perbuatan yang dapat merusak nama baik orang tua kita. Apabila sanak saudara kita rajin menolong orang lain, dengan sendirinya pula, kita akan memiliki kebiasaan menolong orang lain.

2 hal ini perlu kira terus ingat, Hiri dan Ottapa. Malu untuk berbuat jahat, takut akan hasil dari perbuatan yang kita lakukan. Demikian ringkasan Dhammadesana Romo Pannajayo yang disampaikan, Semoga Bermanfaat

Readmore..

Bpk. Hemartha : Perjuangan dan Proses

| | 0 comments

Protokol : Romo pannajayo
Lilin ALtar : Bp.hasan
Dhammapada : Ibu Vina
Dhammadesana : Bp.Hemartha
Penulis : Yessica F.S. & Nanda Devi Nur

Pada hari jumat ini malam yang berbahagia untuk kita semua.
seperti yang kita tahu pada setiap hari jumat minggu ketiga kita kedatangan bhikku sanggha dari vihara Dhammacakkha jaya jakarta, tetapi pada malam hari ini bhante berhalangan hadir karena dikhawatirkan macet karena arus mudik. Walau pun demikian umat Vihara Surya Adhi Guna tetap bersemangat untuk datang datang ke vihara, walau pun memang tidak sebanyak seperti minggu-minggu sebelumnya, ini mungkin karena banyaknya kesibukan karena beberapa hari lagi akan lebaran. Dalam kesempatan ini, Bapak Hemartha yang diberikan kesempatan untuk mengisi dhammadesana. Beliau menjelaskan mengenai perjuangan dan proses dalam hidup ini. Di dalam agama buddha terutama di Vihara Surya Adhi Guna pasti ada yang namanya organisasi seperti ketua dan sejajarnya. Baik dalam kebaktian sekolah minggu (GABI), Remaja, maupun kebaktian ini tidak lepas dari sebuah kepengurusan, mulai dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan lain-lain yang berkecimpung ini seyogyanya kita ikut berperan aktif dalam sebuah kepengurusan. Jika kita terlibat dalam suatu organisasi kita mau tidak mau akan berusaha untuk terus melakukan kebaikan-kebaikan dan pelayanan untuk banyak orang. Dalam pengertian kepengurusan tidak penting tertulis jabatan-jabatannya tapi yang penting adalah bagaimana kita dapat selalu mengembangkan Buddha dhamma dengan baik dan melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat untuk diri kita dan semua orang.
Kita tidak akan tahu berapa lama kita hidup di dunia ini, sadarilah hidup ini tidak kekal. Kadang kita di atas, suatu saat bisa saja berada di bawah. Oleh karna itu banyak-banyak lah untuk melakukan sesuatu hal yang terbaik! baik bagi diri sendiri dan juga orang banyak. "Saya pernah melihat dhammadesana dari samanera Abhasaro yang tidak lain kita kenal adalah saudara Mirad. Di dalam dhammadesanya itu diputarkan sebuah video. Didalam video itu digambarkan seorang ibu yang sedang melahirkan, lalu bayinya yang masih merah tersebut pun meluncur di udara berproses menjadi remaja, berproses lagi menjadi dewasa, lalu tua dan kemudian masuk ke dalam liang kubur. Begitu cepatnya kehdupan kita ini. Namun ketika kita renungkan sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu, sepertinya baru saja kemarin. Mengingatkan kita kalau kehidupan itu hanya sekejap mata.
lalu Bpk. Hemartha bercerita kalau dulu beliau sering melakukan latihan meditasi. "Yang saya alami pada saat saya masih sering melakukan meditasi, ketika tidur pun nyenyak tidak ada gangguan apapun. Kita pun sering kali mengalami kesusahan pada saat meditasi. Dalam tahap belajar kita bisa melakukan tahap yang lebih mudah dahulu seperti menyadari keluar masuknya udara".Yang jelas, untuk melakukan perbuatan baik banyak sekali hambatannya dan halanganya, secara jujur untuk bisa datang ke vihara pun kita masih merasa sukar apalagi ketika kita dalam keadaan tidak sehat pasti kita akan menjadi malas untuk berangkat ke vihara. Tetapi biasanya untuk berbuat sesuatu yang tidak baik terasa begitu mudah dan gampang unuk dilakukan.
Berbahagialah ibu-bapak serta saudara-saudari yang masih sempat datang ke vihara. Kehidupan kita sendiri ini tergantung pada karma sekarang dan karma yang masa lampau, dan kehidupan kita nanti juga ditentukan oleh perbuatan kita yang sekarang. Alam kehidupan berumah tangga kita tidak terbebas dari sila-sila yang harus kita jalan kan untuk melatih diri agar menjadi lebih baik oleh karna itu jalankan sila dengan sebaik-baiknya.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia...
Sadhu 3x

Readmore..

Saturday, February 4, 2012

Grace Chandra : English Buddhism

| Saturday, February 4, 2012 | 0 comments

Kebhaktian Remaja, 31 Oktober 2009
Protokol : Ratna Sari
Penyalaan Lilin Altar : Tasya
Dhammapada : Mira dan Nanda
Dhammadesana : Grace Chandra

Namo Buddhaya..,
Dua hari sebelum kebhaktian remaja saya sudah merencanakan untuk mengisi kebhaktian remaja 31 Oktober dengan suatu artikel singkat berbahasa Inggris yang saya peroleh dari Samanera Abhassaro, Artikel ini berjudul "Buddhism" yang mengulas tentang perkembangan agama Buddha dahulu pada jaman Buddha hingga saat ini.

Pada awal acara saya meminta anak-anak remaja untuk duduk melingkar. Lalu saya memberi waktu sekitar 10 menit kepada masing-masing anak remaja untuk membaca artikel itu. Dengan anusias dan penuh perhatian mereka semuanya membaca artikel tersebut. Akhirnya waktu pun sudah menunjukkan jam 19.40 lalu saya pun meminta para remaja untuk membaca artikel secara bergiliran dan menerjemahkannya. Setelah selesai membaca kemudian 10 soal yang ada di artikel pun dijawab secara bergiliran.

Acara kemudian saya lanjutkan dengan TTS agar suasana menjadi lebih rileks. TTS Buddhis ini pun merupakan kiriman dari Samanera Abhassaro. Para remaja dengan gembira dan bersemangat mengisi TTS tersebut.

Acara malam ini merupakan salah satu variasi pengisian acara kebhaktian di Vihara agar lebih variatif dan tak jenuh. Dengan acara ini kami dapat belajar bahasa inggris tapi kami juga belajar Dhamma. Selain itu suasana keakraban pun jadi semakin tercipta.

Buddhism
Buddhism come from the word Buddha. Buddha was a person. He lived more than two thousand five hundred years ago in India. His family was rich. He lived in a beautiful house with many servants One day when he went out of his house, he saw many poor and unhappy people. He looked out at them. Hea sked himself these questions, "Why are people so unhappy? How can people be happy"
When he was twenty nine years old, he left his family and his beautiful home. He went out into the world to find the answers. He tried many ways. He studied with teachers but they did not answers his questions After this he tried another way. He lived in the forest He hurt his body. He did not eat for many days. He tried to get away from his body. But thid did not give him the answers to his questions.
Then he sat down under a Bodhi tree and he thought. He sat for forty-nine days. After this time he learned something from himself. He became at the Buddha. His questions were answered. People are unhappy because they wants things. They are always looking for food, money and other things. When a man does not want things, he is free. He does not think about himself. He dos not think about tomorrow. He is kind to others.
Buddha died when he was eighty years old. During his life he travelled to many places. He taught many people. He had many students. A follower of Buddha is called a Buddhist. Some Buddhist become monks. Monks do not work. They do nor have money. They are given their food by other people. They wear a long yelloy piece of cloth. They cut off their hair. They usually do not wear anything on their feet. They pray and think. Early in the morning the monk wals along the street. He carries a bowl. People stop him and give him food. He can not ask for food. A monk's life is not easy. He tries to get away froem the world. He tries to follow the teachings of Buddha.
In Thailand any man can be a monk. Many people become monks for a short time, usually three months. This happens during the wet season in Thailand. This time as a monk is very important for Thai men. They do not llive with their family then. They go to live and study in a monk's house. After three months they go back to their own life. Some are monks for a longer time. They study the teachings of Buddha. These are his teachings. Life is not happy. It is like this because people always want things. When people do not want things, they will be happy. You can learn to do this when you study Buddha's teachings. Buddha teachings were not written down until two or three hundred years after he died. Before this people just remembered them and told them to others.
There is more than one kind of Buddhism. All Buddhis follow the teachings of Buddha but they are not always the same. Buddhism in Japan is a little different from Thai Buddhism. People understand the teachings of Buddha in different ways.

Qustion Buddhism:
1. Buddha lived
a. five hundred years ago
b.one thousand years ago
c. two thousand years ago
d. more than two thousand years ago.

2. When he was a child, Buddha was
a. Very poor
b. rich
c. happy
d. very ill

3. Buddha left his home because
a. he did not like his parents
b. he wanted answers for his questions
c. he wanted to travel
d. he wanted to meet people

4. After Buddha left home, he first
a. went to Thailand
b. lived in the forest
c. studied with teachers
d. sat and thought

5. Buddha did not eat and he hurt himselft because
a. he wanted die
b. he was very unhappy
c. he wanted to learn something
d. he was angry at himself

6. Buddha learned this. Man is unhappy because
a. he wants things
b. he is poor
c. he does not believe in God
d. he does not think about tomorrow

7. A Buddhist monk
a. Works
b. asks for his food
c. has long hair
d. does not have money

8. The clothes of the monk are
a. grey
b. white
c. yellow
d. many colours

9. In Thailand most men become monks for
a. one month
b. three months
c. a year
d. two years

10. We still know Buddha's teachings because
a. people always told them to each other
b. Buddha wrote them in three books
c. they were written in stone before Buddha died
d. Buddha still teaches them

the answers:
1. d; 2. b; 3. b; 4. c; 5. c; 6. a; 7. d; 8. c; 9. b; 10. a

Demikianlah ringkasan kebhaktian remaja tanggal 31 Oktober 2009. Semoga ringkasan ini bermanfaat. Selain itu saya juga ucapkan terima kasih kepada Samanera Abhassaro yang telah mengrimkan suatu artikel dan TTS untuk digunakan dalam kebhaktian kami. Selamat berjuang Samanera dan Semoga Samanera segera mencapai pencerahan. Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Readmore..

Friday, February 3, 2012

Awal Tahun 2010

| Friday, February 3, 2012 | 0 comments

Selamat Datang di Blog Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok
Blog ini kami persembahkan untuk teman-teman kami yang rindu akan suasana Vihara, teman-teman yang berminat belajar Dhamma, dan berbagi pengalaman spiritual. Blog ini juga kami dedikasikan sebagai jembatan para umat Vihara Surya Adhi Guna yang tidak dapat datang ke Vihara, kami menyediakan liputan, ringkasan kebaktian, foto-foto dan video setiap aktivitas yang up to date.
Semoga bermanfaat.

Readmore..

Bpk. Hemartha : Kasih orang tua sepanjang Jaman

| | 0 comments

Kebaktian Umum Jumat, 25 September 2009
Protokol : Wawah S.
Lilin Altar : Ibu Empang
Dhammapada : Ibu Lilayani ( Gatha 159 & 160 )
Dhammadesana : Bpk. Hemartha Viryajaya
Penulis : Tommy ( Facebook )

Hari jumat ini adalah hari pertama kebaktian umum setelah libur panjang libur lebaran 1430 H / 2009. Umat yang datang ke Vihara Surya Adhi Guna pun menjadi lebih sedikit dari biasanya. Banyak alas duduk yang terlihat kosong.

Pada kesempatan kali ini, Bpk Hemartha yang merupakan Ketua MBI Rengasdengklok bersedia untuk memberikan Dhammadesana pada kebaktian kali ini.

“ Pada kesempatan Dhammadesana kali ini saya akan memberikan Dhamma dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Yang tidak melulu terpaku pada text book. Karena penyampaian Dhamma dengan bahasa sehari-hari pastilah akan lebih mudah dimengerti ketimbang teori-teori yang menggunakan kata-kata mutiara. ” Ucap Bpk. Hemartha pada awal Dhammadesananya.

Bpk. Hemartha mengutip kata-kata Dhammapada yang disampaikan oleh Ibu Lilayani yakni disampaikan sebelum Dhammadesananya dimulai,
“ Diri kita adalah pelindung diri kita sendiri, tapi diri kita sungguh sulit untuk dikendalikan. ” Dari kata-kata yang dikutip oleh Dhammapada tersebut memang seperti itulah yang terjadi pada kenyataan hidup. Banyak orang sepertinya lebih mudah untuk mengendalikan orang lain, tapi sungguh sangat sulit untuk mengendalikan dirinya sendiri.
Dalam hal pengendalian diri, sebagai anak dan orang tua saja mungkin akan sangat sering terjadi bentrokan pendapat, pola pikir dan tindakan. Tapi yang namanya orang tua, kasih sayangnya tidak terbatas pada anak-anaknya. Apapun yang diperbuat oleh anak-anaknya, pastilah orang tua tetap menyayangi anak-anaknya. Seperti kata pepatah: “ Kasih orang tua sepanjang jaman, kasih saudara sepanjang galah ”. Dari ungkapan tersebut, sungguh besar kasih orang tua kepada anak-anaknya. Dan sebaliknya, anak-anak sudah seharusnya berbakti pada orang tuanya. Banyak orang mencari tempat pemujaan, tempat berlindung ke tempat-tempat yang jauh. Tapi sesungguhnya MUTIARA , ladang untuk berbuat baik, berada sangat dekat dengan kita. Yakni orang tua kita sendiri. Berbakti pada orang tua ketika orang tua kita masih hidup, adalah berkah utama.
Perbuatan baik atau pun perbuatan buruk yang kita lakukan pastilah akan berbuah sesuai dengan yang kita perbuat. Apabila kita selalu berbakti pada orang tua, sudah pasti kita akan berkumpul dengan orang-orang yang berbakti juga. Mendapatkan anak yang berbakti. Semoga perbuatan baik inilah yang terus dilakukan untuk kehidupan yang lebih baik.
Demikian Uraian Dhammadesana yang disampaikan oleh Bpk. Hemartha.
Lalu Bpk. Hemartha melanjutkan dengan pemberitahuan mengenai TOUR Khatina yang diadakan oleh Vihara Surya Adhi Guna untuk umat Vihara. Rencana para umat akan TOUR untuk mengikuti Khatina Puja di Panti Semedi Balerejo di Dekat Blitar. Acara ini diadakan oleh YM Bhante Uttamo Mahathera. Para umat sangat antusias untuk mengikuti Tour ini. Terlihat dari 40 bangku yang disediakan panitia sudah habis dari beberapa minggu yang lalu. Sehingga panitia terpaksa menyediakan 23 bangku tambahan menggunakan Bis kecil untuk umat tambahan. 23 bangku tersebut pun sudah habis terhitung hari ini. Jumat, 25 September 2009. Jadwalnya para rombongan Tour akan berangkat pada pukul 06.00 Pagi pada hari Jumat 9 Oktober 2009 langsung menuju Blitar Jawa Timur. Rencana Tour akan berlanjut ke Vihara Tuban, Gunung Kawi, dan ke Jembaran SURAMADU yang menghubungkan pulau Jawa dan Madura.

Sekian Ringkasan Kebaktian ini.
Semoga Bermanfaat.

Readmore..

Thursday, February 2, 2012

Tommy : Belajar bersikap positif dengan penilaian orang lain

| Thursday, February 2, 2012 | 0 comments

Kebaktian Remaja, Sabtu 26 September 2009
Protokol : Meylianawati Dewi
Dhammapada : Nanda Devi Nur
Penulis : Tommy

Kebaktian kali ini saya mendapatkan giliran untuk mengisi ceramah atau sharing Dhamma. Berbicara di depan umum tidak sulit, tapi berceramah di depan umum bagi saya bukanlah hal yang mudah. Dengan pengetahuan & pengalaman yang saya miliki sekarang, saya merasa belum siap untuk berbagi untuk teman-teman seDhamma. Maka dari itu, saya mengajak para umat remaja yang hadir pada kebaktian kali ini untuk berinteraksi dengan teman-teman yang lain.
Pada awal bulan yang lalu Grace Chandra mengajak para umat untuk menilai karakteristik diri sendiri. Untuk melengkapi apa yang sudah dilakukan pada awal bulan September lalu, pada akhir bulan ini saya mengajak setiap umat untuk bersedia dinilai karakteristiknya oleh orang lain. Para umat saya minta untuk duduk melingkar. Ada 24 orang yang hadir pada kebaktian malam hari ini. Salah satu dari mereka, secara bergantian duduk di tengah – tengah lingkaran untuk diberi penilaian tentang sifat-sifat positif & negative oleh teman-teman lainnya pada selembar kertas. Sehingga setiap anak akan membawa pulang 23 lembar kertas yang berisi penilai sifatnya dari teman-teman yang hadir ke vihara. Tapi tentu, teman-temannya tidak menuliskan namanya dikertas tersebut.
Beberapa orang telihat antusias untuk memberi penilaian pada teman-temannya. Mungkin orang yang antusias ini mempunya unek-unek yang ingin disampaikan pada temannya tersebut.
Maksud saya mengajak para umat untuk melakukan kegiatan ini adalah agar para remaja bisa belajar mendengarkan apa yang orang lain sarankan. Mungkin penilaian orang lain terhadap sifat jelek kita mungkin begitu menyakitkan, tapi apabila memang sesuai dengan kenyataan, dan memang perlu kita ubah, kita harus berterimakasih pada orang tersebut.
Mungkin juga ada orang lain yang menilai kita BAIK, bahkan lebih baik dari kenyataan. Penilaian itu pun harus disikapi secara positif. Apabila kita memang belum seperti itu, kita harus mewujudkan penilaian tersebut apabila membawa manfaat yang baik bagi kehidupan kita.
Tapi mungkin juga orang menilai kita yang NEGATIF. Apabila kita memang tidak seperti itu, kita tidak perlu pusing, tidak perlu kesal dan terus memikirkan apa kata orang tersebut.
Satu cerita penutup yang saya sampaikan pada para umat mengenai cerita Seorang ayah dan anak yang berjalan-jalan keliling kota dengan membawa seekor kuda. Diawal perjalanan, sang anak yang masih muda mempersilahkan ayahnya untuk menaiki kuda, sedangkan sang anak berjalan menuntun kuda yang dinaiki ayahnya. Beberapa meter meraka berjalan, mereka bertemu dengan teman dari sang anak. Lalu teman sang anak itu berkata, “ Wah.. Tega amat seh ayah mu! Masa anaknya disuruh jalan, sedangkan ayahnya enak-enakan naik kuda. ”. Mendengar apa yang diucapkan oleh teman sang anak, sang ayah segera meminta anaknya yang menaiki kuda dan ia yang sekarang menuntun kuda. Lalu mereka melanjutkan kembali perjalanan keliling kota. Dipersimpangan jalan, mereka bertemu dengan teman sang ayah. Lalu teman dari sang ayah tersebut berkata, “ Wah kebangetan..! masa anaknya masih muda, tega membiarkan ayahnya yang sudah tua berjalan.” Mendengar hal itu, sang anak berpikir kalau begitu lebih baik mereka berdua saja yang menaiki kuda tersebut. Sang ayah tidak lelah, begitu pun sang anak. Akhirnya mereka setuju untuk sama-sama menaiki kuda tersebut. Tidak berapa jauh setelah mereka melanjutkan perjalanan, orang-orang di sekitarnya berkata : “ Kasian banget itu kuda, ditaiki oleh 2 orang . Tega benerrrr..!! ”. Lagi-lagi mendengar hal ini sang ayah berkata “ Kalau begitu kita tuntun saja kuda ini. Kita berdua jalan kaki saja sambil berkeliling kota. ” Karena mendengar kritikan dari orang lain, sang anak pun menyetujui apa kata ayahnya. Dan mereka berdua pun berjalan kaki keliling kota menuntun kuda tersebut. Sesampai dirumah, mereka sangat kelelahan karena berjalan keliling kota. Lalu ibu dari sang anak berkata, “ Kalian berdua sungguh bodoh..!! bawa kuda, tapi kok malah dituntun! Bukannya ditaiki. ”

Dari cerita ini, kita memang harus bisa mendengarkan saran dari orang lain. Tapi harus dibarengi dengan kebijaksanaan. Banyak orang, banyak saran, dan yang pasti banyak pemikiran. Kita yang melakukan, kita harus bijaksana. Semoga Bermanfaat.

Tambahan :

Ada pengumuman
Sdri. Nanda Devi Nur: Minggu depan hari sabtu tanggal 3 Oktober 2009 para umat remaja yang berminat untuk berdana kathina diminta untuk membawa makanan ringan dan perlengkapan Bhikkhu seperti : ( Sabun, Odol, handuk, Shampoo dll ) untuk dibuatkan parsel gabungan untuk dipersembahkan pada dana kathina tanggal 16 Oktober 2009.
Sdri. Grace Chandra :
-Hari selasa, 29 September 2009 ada rapat Buletin edisi kathina pukul 19.00
-Hari Rabu, 30 September 2009 ada belajar adobe photoshop pukul 19.00

Readmore..

Bapak Hemarta : Pentingnya Konsentrasi

| | 0 comments

Selamat Datang di Blog Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok
Blog ini kami persembahkan untuk teman-teman kami yang rindu akan suasana Vihara, teman-teman yang berminat belajar Dhamma, dan berbagi pengalaman spiritual. Blog ini juga kami dedikasikan sebagai jembatan para umat Vihara Surya Adhi Guna yang tidak dapat datang ke Vihara, kami menyediakan liputan, ringkasan kebaktian, foto-foto dan video setiap aktivitas yang up to date.
Semoga bermanfaat.

Readmore..

Wednesday, February 1, 2012

Samanera Abhasaro : Dari terang menuju terang

| Wednesday, February 1, 2012 | 0 comments

Kebhaktian Remaja, 28 November 2009
Protokol : Meylianawati Dewi
Penyalaan Lilin Altar :
Pembacaan Dhammapada : Mira dan Nira
Penulis :
Sidhi Agustiana Taniman

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa …. (3 X)

Malam ini Dhammadesana kebhaktian remaja di Vihara SURYA ADI GUNA diisi oleh Samanera Abhassaro. Beliau membabarkan Dhamma dessana tentang pandangan salah. Pandangan salah terdiri atas tiga macam yaitu:
1. Pandangan yang menganggap semua perbuatan tidak ada akibatnya
Contoh: ketika kita digigit nyamuk kemudian kita memukul si nyamuk, dan nyamuk itu pun mati. Apabila kita beranggapan bahwa perbuatan tersebut tidak ada akibatnya adalah salah. Perbuatan membunuh seekor nyamuk tetap membuat kita akan menanggung karma buruk dari perbuatan yang telah kita lakukan tersebut.
2. Pandangan yang menganggap semua perbuatan tidak ada sebabnya atau menganggap suatu kejadian adalah tiba-tiba terjadi, atau telah ada yang mengatur.
Pandangan ini adalah salah, karena sebenarnyas semua hal yang terjadi ada sebab-seba yang mendukungnya. Contohnya, pada hari ini kita dapat Vihara antara lain karena kita mempunyai waktu luang, karena ingin berbuat baik, dan masih banyak lagi.
3. Pandangan yang menganggap semua perbuatan itu tidak ada sebab dan akibatnya.

Setelah selesai menguraikan tentang pandangan salah, kemudian samanera Abhassaro membahas tentang EMPAT MACAM KEBAHAGIAAN yang terdiri atas:
1. Kebahagiaan yang timbul karena kita memiliki sesuatu.
Contohnya ketika kita memiliki HP baru atau kita mempunyai pacar baru maka kita akan merasakan kebahagiaan.
2. Kebahagiaan yang timbul karena kita dapat menikmati sesuatu yang kita miliki.
Contohnya ketila kita dapat menikmati aplikasi-aplikasi yang ada di Hp baru kita.
3. Kebahagian yang timbul karena kita tidak memiliki hutang.
Contohnya ketika kita membeli Hp baru, dan kita membelinya dengan kontan bukan dengan utang. Dengan membeli kontan (tanpa utanag) maka kita tidak akan merasa malu dan pusing-
4. Kebahagiaan tanpa cela.
Contohnya kebahagiaan yang timbul karena kita jalankan sila dengan benar.

Diakhir dhammadesana-Nya, Samanera memberika suatu empat perumpaan tentang alur kehidupan yang kita jalani, yaitu :
1. Dari gelap menuju gelap, maksudnya adalah seseorang yang memiliki kehidupan yang sudah buruk akan tetapi dalam kehidupannya ia malah melakukan perbuatan buruk. Akibat dari perbuatan buruknya ini maka dia akan menjauh dari terang dan menuju ke arah semakin gelap.
2. Dari gelap menuju terang, maksudnya adalah kehidupan seseorang yang memiliki kehidupan yang sudah buruk akan tetapi dalam kehidupannya ia melakukan perbuatan baik. Akibat dari perbuatan baiknya ini maka dia akan berjalandari arah gelap ke arah yang terang.
3. Dari terang menuju gelap, maksudnya adalah kehidupan seseorang yang memiliki kehidupan yang sangat baik akan tetapi dalam kehidupannya ia malah melakukan perbuatan buruk. Akibat dari perbuatan buruknya ini maka dia akan berjalan dari arah terang menuju ke arah yang gelap.
4. Dari terang menuju terang, maksudnya adalah kehidupan seseorang yang memiliki kehidupan yang sangat baik dan dalam kehidupannya ia pun melakukan perbuatan baik. Akibat dari perbuatan baiknya ini maka membuat dia akan berjalan dari arah terang menuju ke arah yang terang.

Samanera pun berpesan agar kami semua termasuk golongan manusia yang harus berjalan menuju ke arah terang. Lakukan perbuatan baik dan hindari perbuatan yang jahat. Demikianlah uraian ringkasan kebhaktian remaja, 28 November 2009. Semoga bermanfaat.
Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Readmore..

Romo Pannajayo : Lemah Lembut

| | 0 comments

Protokol: Antoni kho ( Facebook )
Penyala Lilin Altar:
Fellita Anjani (Facebook)
Pembaca Dhammapada: Mellisa Rosia (Facebook) dan Meylianawati Dewi ( Facebook )
Pengumuman1 : Grace Chandra ( Facebook )
-design jaket.
-Prosesi puja untuk Kahtina
Pengumuman2 : Sidhi Agustiana Taniman ( Facebook )
-untuk yang sekolah di Yos Sudarso Karawang dan sekolah swasta lainnya, jika ingin surat aktivitas harus rajin datang ke Vihara. Karena nanti akan di absen.
Dhammadesana : Romo Pannajayo
Penulis : Nadila (Facebook)

Pada malam yang berbahagia ini, adik-adik dapat hadir ke Vihara walaupun ini hari libur panjang dimana kebanyakan orang sudah pergi berlibur bersama keluarga. (pembuka).

Romo memulai ceramah Dhammanya dengan tema lemah lembut. Kita sebagai manusia yang terlahir sebagai makhluk yang harus bersosialisasi. Kita tidak bisa hidup tanpa mengandalkan orang lain. Kita membutuhkan semua orang. Maka dari itu, sikap kita terhadap orang lain harus lemah lembut. Jangan sampai kita berbicara kasar kalau kita membutuhkan orang lain.
Beberapa tahun yang lalu ada seorang teman saya yang mengatakan bahwa “saya tidak membutuhkan orang tua saya lagi!”. Pada saat itu, ia sedang bertengkar dengan orang tuanya. Akhirnya beliau pergi dari rumah. Setelah saya hubungi, ternyata ia ada di Jakarta. Di Jakarta ia bekerja dengan susah payah. Orang tua di rumah menanti anaknya untuk segera pulang. Saat itu saya bujuk ia untuk pulang. Akhirnya ia pulang bersama saya. Setelah sampai di rumah, ia meminta maaf pada orang tuanya. Dengan gembira Orang tuanya pun memaafkan anaknya. Setelah itu, ia dinikahkan orang tuanya. Kehidupannya menjadi membaik setelah bantuan dari orang tuanya. Sampai akhirnya ia bisa mandiri sendiri. Lalu saat ia bisa membiayai keluarganya sendiri, saya bertanya “kamu masih membutuhkan orang tua kamu tidak?”
Beliau menjawab “ ya, saya masih membutuhkan orang tua saya”.

Dari cerita tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa kita masih membutuhkn orang lain apalagi orang tua kita. Walaupun kita sudah mandiri, kita tetap membutuhkan orang tua kita untuk menyokong mereka. Seperti yang tertulis pada Manggala Sutta, Berbakti pada ayah dan ibu adalah berkah utama. Kalau kita tidak membutuhkan orang lain, siapa yang mau menolong kita saat kita membutuhkan pertolongan? Maka dari itu, kita harus memperlakukan mereka dengan Lemah Lembut. Karena Lemah Lembut adalah salah satu modal untuk mencapai kebahagiaan tertinggi.

Semoga semua makluk hidup berbahagia.
Sadhu… sadhu… sadhu…

Readmore..

Tuesday, January 31, 2012

Bapak Rajen : Dhamma Indah Pada awalnya, Indah Pada Tengahnya dan Indah Pada Akhirnya

| Tuesday, January 31, 2012 | 0 comments

Kebhaktian umum, 11 September 2009
Protokol : Grace Chandra
Penyalaan Lilin Altar : Romo Pannajayo
Pembacaan Dhammapada : Ibu Cuilan (Gatha 354 dan 355)
Dhammadesana : Romo Rajen
Penulis : Grace Chandra

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa … (3X)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya…!!!

Malam ini Romo Rajen memberikan ulasan mengenai Dhamma. Dhamma merupakan kebenaran sejati atau ajaran kebenaran. Menurut Anguttara Nikaya I halaman 22 dikatakan bahwa “Dhamma itu indah pada awalnya, indah pada tengahnya dan indah pada akhirnya.
Dhamma dikatakan indah pada awalnya karena Dhamma dapat membimbing dan membentengi diri kita. Dhamma dapat memberikan tuntunan kepada kita agar diri kita keluar dari Dosa, Loba dan Moha. Dhamma berisi peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh Guru Buddha sejak 2500 tahun yang lalu. Hidup ini memang perlu peraturan dengan adanya peraturan hidup akan lebih teratur, tenang, tentram dan damai. Untuk umat awam terdiri atas 5 sila, sedangkan para Bhikkhu terdiri atas 227 sila. Dengan menjalankan Dhamma, kita akan merasakan hidup yang bahagia, damai dan penuh dengan keseimbangan.
Dhamma itu indah pada tengahnya karena Dhamma dapat menuntun kita pada ketenangan batin dan memperoleh pandangan terang. Ketenangan batin dan pandangan terang ini dapat kita peroleh dengan jalan mempraktekkan meditasi. Semua ini dapat kita peroleh dengan kekuatan diri kita sendiri dan semuanya ada didalam diri kita sendiri.
Romo Rajen lalu bertanya kepada semua umat yang hadir mengenai apa saja manfaat yang diperoleh dari latihan meditasi. Setelah dirangkum, ternyata meditasi memberikan manfaat antara lain bertambahnya kesabaran, bertambahnya konsentrasi, mengikis dosa, loba dan moha, dan menjadi tenang. Dari banyaknya jawaban yang ada Romo Rajen menambahkan manfaat meditasi yang telah ia rasakan dari berbagai latihan meditasi yang telah dijalaninya. Romo Rajen merasakan dengan meditasi ia dapat melihat seperti apakah dirinya saat ini. Beliau tersadar bahwa dirinya telah banyak melanggar sila. Akhirnya ia tersadar sehingga beliau berjanji dalam diri akan bertobat serta ingin menjadi pengabdi Dhamma. Meditasi yang teratur juga dapat mengontrol gula darah beliau sehingga berada dalam batas rendah.
Setelah mengupas tentang begitu banyaknya manfaat dari bermeditasi lalu Romo Rajen memberikan tips meditasi sebagai berikut:
- Pilihlah tempat duduk yang paling sesuai atau nyaman (teratai penuh, setengah teratai atau kedua kaki dalam posisi sejajar)
- Tegakkan badan , simpan telapak tangan dipangkuan dengan rilieks dan mata kemudian dipejamkan.

Ada dua jenis meditasi yang kita kenal yaitu :
1. Meditasi ketenangan batin, Samantha Bhavana Contohnya: Meditasi memperhatikan napas (Anapannasati Bhavana)
2. Meditasi pandangan terang, Vipasanna Bhavana

Oleh sebab itu Dhamma dikatakan indah pada tengahnya karena dapat memberikan ketenangan dan pandangan terang apabila kita mau mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dan yang terakhir Dhamma dikatakan indah pada akhirnya karena dengan Dhamma dapat menghasilkan manusia-manusia bijaksana. Kebijaksanaan dapat kita peroleh dengan sendirinya jika kita selalu mempraktekkan sila dan Samadhi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dengan melihat ulasan ini semoga saja kita semakin terpacu untuk menjalankan dhamma di dalam kehidupan kita masing-masing. Dhamma itu memang sungguh indah pada awal, tengah dan akhirnya.
Demikianlah ringkasan kebhaktian umum, 11 September 2009. Semoga bermanfaat.
Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Readmore..

Romo Rajiman : Persatuan dalam kelompok

| | 0 comments

Selamat Datang di Blog Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok
Blog ini kami persembahkan untuk teman-teman kami yang rindu akan suasana Vihara, teman-teman yang berminat belajar Dhamma, dan berbagi pengalaman spiritual. Blog ini juga kami dedikasikan sebagai jembatan para umat Vihara Surya Adhi Guna yang tidak dapat datang ke Vihara, kami menyediakan liputan, ringkasan kebaktian, foto-foto dan video setiap aktivitas yang up to date.
Semoga bermanfaat.

Readmore..

Monday, January 30, 2012

Bpk Supriatno Penyuluh agama Buddha dari DEPAG KARAWANG

| Monday, January 30, 2012 | 0 comments

Vihara Surya Adhi Guna, Perahu Dhamma: Bpk Supriatno Penyuluh agama Buddha dari DEPAG KARAWANG#navbar-iframe { display:block }Selamat Hari Kathina, Ayo Berdana kepada Sangha..Vihara Surya Adhi Guna, Perahu DhammaHomeHistoriGaleriProfilDhammaEventsKomentarSelamat Datang di Blog Vihara Surya Adhi Guna Rengasdengklok
Blog ini kami persembahkan untuk teman-teman kami yang rindu akan suasana Vihara, teman-teman yang berminat belajar Dhamma, dan berbagi pengalaman spiritual. Blog ini juga kami dedikasikan sebagai jembatan para umat Vihara Surya Adhi Guna yang tidak dapat datang ke Vihara, kami menyediakan liputan, ringkasan kebaktian, foto-foto dan video setiap aktivitas yang up to date.
Semoga bermanfaat.

Minggu, 03 Januari 2010Bpk Supriatno Penyuluh agama Buddha dari DEPAG KARAWANG.fullpost{display:inline;}




Kebhaktian Umum, 13 November 2009
Dhammadesana : Bpk Supriatno
Penyuluh agama Buddha dari DEPAG KARAWANG

Tema : Kerukunan Umat Beragama
Penulis : Romo Pannajayo


Namo Buddhaya…!
Bapak Supriatno dalam Dhammadessananya menguraikan beberapa poin yaitu:
- Di Depag Karawang, Bapak Supriatno selaku penyuluh agama Buddha diterima baik oleh pegawai yang lainnya. Mereka semua bersikap ramah dan baik karena umat Buddha di Karawang tidak pernah mebuat masalah/merugikan orang lain.
- Kita selaku umat Buddha perlu menunjukkan indentitas diri sebagai agama Buddha di dalam KTP. Hal ini dikarenakan seberapa besar jumlah umat dapat dijadikan sebagai patokan pertimbangan bagi pemerintah untuk memberikan anggaran bantuan keagamaan.
- Kehidupan toleransi beragama di Karawng cukup bagus dan umat Buddha di mana-mana diterima oleh umat lain. Hal ini dikarenaka dari jaman para Buddha dulu, agama Buddha tidak pernah melakukan kekerasan pada penganut agama dan kepercayaan lain.
- Sang Buddha sendiri pernah menekankan kepada siswanya untuk selalu menghormati guru/ajaran yang lain atau ajaran yang lama.
- Orang yang dapat menciptakan kerukunan adalah orang yang dapat memberi manfaat bagi keluarga dan masyarakat (lingkungan).

Demikianlah ringkasan kebhaktian umum tanggal 13 November 2009, semoga bermanfaat.
Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

0komentar: Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBerandaLanggan:Poskan Komentar (Atom) Search ..Waisak Festival 2010Waisak Festival 2010Perayaan Waisaka Puja 2010Perayaan Waisaka puja Vihara Surya Adhi Guna akan diadakan pada hari Jumat tanggal 18 Juni 2010 pada pukul 18:00 Wib.
Acara akan dihadiri oleh Bhikkhu Sangha dari Sangha Agung Indonesia dan Pengurus Majelis Buddhayana Indonesia Provinsi Jawa Barat. Adapun pada perayaan kali ini sekaligus diadakan acara pelantikan para pengurus baru Majelis Buddhayana Indonesia cabang Rengasdengklok.
Catatan Kebaktian? 2010(8)? Januari(8)Air ParitaYessica F.S. : Timang-timang MamaAwal Tahun 2010Bapak Hemarta : Pentingnya KonsentrasiJanganlah pernah merasa takut jika mengingat akan ...Tahun baru 2009Bpk Supriatno Penyuluh agama Buddha dari DEPAG KA...Samanera Abhasaro : Dari terang menuju terang ?  2009(85) ?  Desember(3)Latih diri - studi meditasi aksi 2009Romo Rajiman : Persatuan dalam kelompok4 hal untuk merubah pola hidup kita ?  November(2)Bhante Upasammo : Sunguh sulit untuk mendengarkan ...Grace Chandra : English Buddhism ?  Oktober(6)Sidhi : KalyanamittaRomo Pannajayo : Hiri & OttapaPerayaan Hari Kathina 2009Yessica F.S. : Di Balik Kepribadian KitaRomo Pannajayo : Cara menjadi Agung dan BaikY. M. Bhante Adhiratano : Bekal yang kita tabung a... ?  September(8)Bpk. Hemartha : Kasih orang tua sepanjang JamanTommy : Belajar bersikap positif dengan penilaian ...Bpk. Hemartha : Perjuangan dan ProsesRomo Pannajayo : Lemah LembutPembacaan paritta malam kembangBapak Rajen : Dhamma Indah Pada awalnya, Indah Pad...Pelantikan Pengurus PMV 2009-2010Y. M. Bhante Athadiro : Hiduplah saat ini ?  Agustus(10)Grace Chandra : Personality PlusBapak Abeng : PatidanaBapak Rajiman : Hidup tidaklah pasti, tapi kematia...Romo Tanti Guna : Belajar berpola pikir BuddhisRomo Pannajayo : Keistimewaan Ajaran BuddhaGrace Chandra : kushala dhammaBhikkhu Sudassano : 4 Hal yang harus dilakukan unt...Sidhi : Ketua Terpilih PMV SAG 2009-2010Romo Pannajayo : KebahagiaanPemilihan KETUA PMV putaran pertama ?  Juli(10)Ayya Santini Talkshow : Bertemu Penderitaan, berte...Perayaan Asadha 2009 : YM Bhikkhu Sri Pannavaro Ma...Romo Pannajayo : 10 Racun kehidupanVihara Sepi : 20 Menit?.. Terasa Lama..Nyanagupta Shi Xue Zhi : Aplikasikanlah Buddha Dha...Samanera Abhasaro : PerubahanFery Karsilo : Nilai Moral & Asusila telah merosot...Yogi Gunawaro Diskusi : Pancasila BuddhisIvana M.K. : Semangat Biji TerataiY. M. Bhante Citavaro:Tujuan Luhur Umat Buddha ?  Juni(9)Yessica F.S. : DanaBpk. Indra Metta : Kebahagian pada kehidupan sehar...Games : Bermain sambil belajar ?  Mei(14) ?  April(11) ?  Maret(8) ?  Februari(3) ?  Januari(1)untuk menjelajahi blog ini dengan maksimal gunakan:
firefox dan flash player
Semoga Semua Makhluk Berbahagia

Readmore..

Romo Pannajayo : Cara menjadi Agung dan Baik

| | 0 comments

Kebhaktian umum, 09 Oktober 2009
Protokol : Bpk. Hasan
Penyalaan lilin Altar : Romo Pannajayo
Dhammapada : Grace Chandra (Gatha 99)
Dhammadesana : Romo Pannajayo
(Tema : Cara agar kita menjadi agung dan baik)

Namo Buddhaya..,
Malam kebhaktian tanggal 9 Oktober lain dari biasanya, suasananya sepi dan hening. Pertama kali saya memasuki Dhammasala dapat terlihat bantalan duduk hanya memenuhi setengan dari ruangan Dhammasala. Umat yang hadir kurang lebih hanya sekitar 40 orang saja. Hal ini terjadi karena sebagian besar Umat SAG berangkat ke Blitar-Suramadu untuk mengikuti kegiatan "Kathina Tour". Walaupun sepi.., tetapi tetap terlihat semangat dari para umat untuk mengikuti kebhaktian.
Dhammadesana pada malam ini diisi oleh Romo Pannajayo. Romo mengupas tentang bagaimana caranya agar kita menjadi agung dan baik. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai makhluk sosial pastilah selalu berhubungan dengan makhluk lain. Lalu bagaimanakah caranya agar kita dapat saling mengisi dengan makhluk lain dengan penuh keharmonisan???
Hubungan saling mengisi dan saling menolong dapat terjadi hanya jika ada unsur cinta kasih. Kita dapat dikasihi dan dicintai oleh orang lain hanya jika kita baik. Orang lain pasti baik dan mencintai diri kita apabila diri kita ini baik dalam ucapan, perbuatan dan pikiran.
Sekarang mari kita simak dan pelajari bagaimanakah caranya agar kita menjadi agung dan baik sehingga semua orang mencintai kita. Penampilan baik dapat dikategorikan menjadi tiga hal yaitu penampilan baik dalam jasmani, penampilan baik dalam perbuatan dan penampilan baik dalam batin.
Seseorang yang penampilan baik dalam jasmani yaitu orang yang dapat menjaga jasmani contohnya dengan berpakaian rapih dan sopan. Orang yang berpenampilan baik dalam jasmani bukan berarti ia harus berpakaian perlente dan memakai aksesoris mewah. Perlente bukanlah tanda bahwa ia adalah orang baik. Banyak orang berpakaian perlente dan mewah ternyata adalah seorang penipu.
Setelah mejaga penampilan jasmani terlihat baik, alangkah baiknya orang juga menjaga penampilan perbuatannya. Seseorang yang selalu berbuat baik, ramah tamah dan suka menolong pastilah sangat disukai semua orang. Banyak di kehidupan nyata, seorang wanita biasa-biasa saja dapat memperoleh pria tampan dan kaya. Setelah ditelusuri ternyata wanita ini merupakan wanita yang berpenampilan baik dalam sgala perbuatannya.
Selain kedua penampilan yang telah disebutkan diatas, ada satu penampilan lagi yang sangat penting untuk kita jaga. Apakah itu???. Yach.., itu adalah penampilan batin. Penampilan batin sangat perlu kita jaga dan kita tingkatkan untuk mejadi lebih baik lagi. Hal ini dikarenakan apabila batin tenang maka akan membuat perbuatan, perkataan pun mejadi tenang pula. Sebagai umat awam kita dapat meningkatkan batin kita dengan jalan selalu mempraktekkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah uraian tentang beberapa cara agar kita berpenampilan baik. Smoga uraian ini dapat bermanfaar dan membuat diri kita menjadi lebih baik lagi.
Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Readmore..

Sunday, January 29, 2012

Pembacaan paritta malam kembang

| Sunday, January 29, 2012 | 0 comments

Kebhaktian Remaja, 12 September 2009
Protokol : Mellisa Rosia
Pembacaan Dhammapada : Irwin Viryajaya dan Sidhi Agustiana Taniman
Penyalaan Lilin Altar : Indrawan Setiono
Penulis : Grace Chandra

Namo Buddhaya..,

Malam ini kebhaktian remaja tidak diisi seperti biasanya karena malam ini kebhaktian tidak diisi Dhammadesana. Kami hanya melakukan pembacaan paritta seperti biasa, lalu bermeditasi dan dilanjutkan dengan berbagai pengumuman singkat.. Hal ini dilakukan karena pada pukul 8 malam akan diadakan pembacaan paritta persembahyangan malam kembang almarhumah Ibu Yo Cin Nio yang merupakan salah satu umat Vihara Surya Adhi Guna dan merupakan nenek tercinta dari saudari Yessica F. S.
Tepat pukul jam 7.45 malam, kami berangkat ke rumah duka besama-sama dengan berjalan kaki karena letak rumah duka tidak jauh dari vihara kami. Pembacaan paritta pun dilakukan tepat pukul 8 malam dengan dipimpin oleh Romo Pannajayo. Saat akan dimulai pembacan paritta, saya melihat sungguh banyak umat yang hadir untuk membacakan paritta untuk almarhumah. Almarhumah merupakan sosok yang baik dan tekun dalam menjalankan dhamma, tak heran sungguh banyak kerabat dan kenalan yang merasa kehilangan Beliau.
Pada saat prosesi persembahyang berlangsung, saya sempat merenung bahwa kehidupan ini sungguh tak pasti akan tetapi kematian sungguh pasti. Oleh karena itu kita harus menyiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi kematian yang menanti kita. Tak ada bekal yang lebih baik selain “KARMA BAIK” dalam menghadapi kematian. Dengan setumpuk karma baik yang kita miliki maka kita dapat menjalani kehidupan selanjutnya dengan lebih baik. Karma baik yang telah kita lakukan bukan saja dapat dilihat hasilnya pada kehidupan yang akan datang tetapi pada kehidupan saat ini juga.
Saya teringat pada masa hidupnya almarhumah Ibu Yo Cin Nio merupakan sosok yang mengamalkan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari dengan begitu disiplinnya. Di saat sakit saja, Beliau tetap bersemangat datang ke Vihara untuk mendengarkan Dhamma. Oleh sebab itu disaat meninggal, beliau meninggal dengan tenang di hari yang sungguh baik yaitu pada tanggal 09 bulan 09 tahun 2009 jam 9 lewat. Kejadian ini tak dipungkiri terjadi disebabkan oleh karma baik yang beliau lakukan dalam masa hidupnya. Karma baik tak mungkin dapat hilang dan dicuri oleh siapa pun. Karma baik akan melindungi dan menyertai diri kita sendiri saat kematian menjemput.
Semoga dengan ulasan sekilas mengenai persembahyangan ini, kita dapat merenung tentang kematian. Renungilah bahwa hidup sungguh singkat dan kematian tak disangka sudah berada di depan kita. Semoga dengan perenungan ini membuat kita selalu tersadar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga kita semakin terpacu untuk menjalankan Dhamma dalam kehidupan sehari. Semoga kita selalu memupuk dan memupuk karma baik sebanyak-banyaknya.
Saddhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Readmore..

Saturday, January 21, 2012

Clairvoyance | Kemampuan Melihat Masa Depan

| Saturday, January 21, 2012 | 1 comments

Oleh : Ajahn Brahm

Tema pembicaraan kita pada malam ini adalah tentang kemampuan melihat masa depan (clairvoyance). Ada berapa orang di antara anda sekalian yang telah meramalkan bahwa saya akan berbicara tentang hal ini pada malam ini ? Dan yang anehnya, kadang-kadang kebanyakan dari kita telah sudah mengetahui apa yang akan terjadi kemudian. Atau mungkin kita pergi ke paranormal atau ke orang-orang yang menyebut diri mereka peramal. Mereka memberikan ramalan. Kadang-kadang mereka benar dan kadang-kadang mereka tidak benar. Dan apa yang terjadi, terutama dengan para bhikkhu yang ada di depan anda ini, karena kami telah bermeditasi untuk waktu yang lama dan orang-orang berpikir kami mempunyai kekuatan supranatural yang hebat.

Seperti yang saya alami ketika saya menghadiri suatu konferensi global pada bulan Juni lalu. Pihak panitianya menginginkan suatu pertunjukan untuk konferensi tersebut. Lalu mereka bertanya, apakah saya bisa "terbang" (levitate) di hadapan umum, karena hal itu akan menjadikan konferensi tersebut sukses besar. Dan saya menolaknya. Mengapa ? Karena para bhikkhu tidak akan pernah mempertunjukkan kekuatan supranatural mereka. Karena jika kami benar-benar melakukan hal-hal seperti meramal nasib di dalam praktek kami, maka tentu saja anda semua akan bertanya kepada saya tentang siapa yang akan memenangkan Piala Melbourne. Dan anda semua akan bertanya kepada saya, "Tolonglah, bisakah anda memberitahukan nomor lotere nya?" Itu namanya mencuri ! Karena jika seseorang membeli lotere atau bertaruh di pacuan kuda, bukankah itu tidak adil ketika anda mencuri kesempatan dengan mencari para bhikkhu atau peramal, dan mencari tahu siapa yang akan menang ? Oleh karena itu kami tidak melakukan hal-hal seperti itu. 

Dan juga jika kami mengetahui apa yang akan terjadi dan memberitahukannya kepada orang-orang, lalu bayangkan saja apa yang akan dilakukan oleh pemerintah. Mereka akan mengangkat saya menjadi anggota CIA. Dan saya takkan pernah bisa datang ke Buddhist Center ini lagi karena saya akan menjadi sangat sibuk. Kerjanya hanya meramal peristiwa apa yang akan terjadi, kapan bom akan meledak, atau siapa yang menjadi teroris atau siapa yang bukan teroris. Dan jika anda bisa "terbang" seperti apa yang sudah saya katakan sebelumnya, Pesta Olahraga Persemakmuran di Melbourne akan segera tiba, dan saya akan senantiasa berada di sana di setiap saat, mengikuti pertandingan lompat tinggi. Dan itu akan menjadi sangat tidak adil karena saya mencuri kesempatan dari orang lain. Jadi, kami tidak melakukan hal-hal tsb. 

Tetapi orang lain melakukannya. Kadang-kadang bahkan para bhikkhu sendiri. Kadang-kadang anda mengatakan sesuatu dan orang-orang mendengarkan dengan penuh perhatian. Terutama tradisi-tradisi di Asia. Mereka selalu berpikir bahwa bhikkhu-bhikkhu bisa meramal tentang hal-hal ini. Memberikan nomor lotere dan hal-hal semacam itu. Dan sayangnya, kadang-kadang mereka benar. Saya ingat ini ketika saya masih seorang bhikkhu muda, saya sedang menetap di gunung seorang diri di pedalaman Thailand. Dan orang-orang Thai di sana suka bermain lotere. Kami punya sebuah guyonan di Thailand, bahwa tidak seorang pun yang tahu kapan rahib Buddhis bekerja, kapan bulan purnama ataupun setengah bulan purnama tiba. Tetapi mereka semua tahu kapan ada permainan lotere.
Karena itu adalah hari yang paling penting dalam seminggu bagi mereka. Jadi, mereka akan mendatangi saya dua atau tiga hari sebelumnya. Dan mereka akan bertanya, "Begini, anda kan seorang bhikkhu pertapa. Anda pasti sudah menjalani meditasi yang mendalam, jadi anda bisa menolong kami. Bisakah anda memberi kami angka-angkanya?" Dan kadang-kadang mereka akan datang dan memperlihatkan semua bilur-bilur di tangan mereka untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat miskin. Dan mereka akan berkata, "Oh, anda benar-benar tidak memiliki rasa iba, jika anda tidak memberitahukan kami angka-angkanya." Kadang-kadang saya berpikir untuk bilang, "Baiklah, selama kalian membagikan saya 10 persen !"

Readmore..

Wednesday, January 18, 2012

TINDUKA-JATAKA No. 177

| Wednesday, January 18, 2012 | 1 comments

“Di sekitar kita semuanya terlihat berdiri” dan sebagainya. ini adalah suatu cerita yang diberitahu oleh master pada jetavana tentang pengetahuan yang sempurna. seperti di mahabodhi kelahiran 1, dan ummagga kelahiran 2, mendengar pengetahuan nya sendiri yang dipuji; terpuji, ia berkata,” bukan ini sekali ketika hanya adalah buddha bijaksana, tetapi bijaksana ia adalah sebelum dan subur dalam semua sumber daya,” dan menceritakan kepada cerita kuno berikut .

pada suatu waktu; sekali peristiwa, kapan Brahmadatta adalah raja di Benares, Bodhisatta dilahirkan sebagai Monyet dan dengan suatu pasukan delapanpuluh ribu monyet dan ia tinggal di himalaya. tidak jauh sekali adalah suatu desa/kampung, kadang-kadang di habited/tempat tinggalnya dan kadang-kadang kosong. Serta dalam tengah-tengah desa/kampung ini  adalah suatu tinduka pohon, dengan buah yang manis, menutup dengan cabang dan ranting. kapan tempat kosong, semua monyet digunakan untuk pergi kesitu dan makan buah itu.

sekali ketika, dalam waktu buah, desa/kampung adalah penuh dengan orang, suatu bambu memagari dengan pancang  memulai itu, dan gerbang menjaga. dan pohon ini [ 77] yang berdiri dengan semua dahan besar nya yang membengkokkan di bawah berat/beban menyangkut buah itu. monyet mulai untuk mengherankan: ” ada seperti buah dan desa/kampung seperti itu, di mana kita dulu mendapatkan buah untuk makan. saya ingin tahu  buah pohon itu di atas nya ada atau tidak, apakah ada orang di sana atau tidak ada” akhirnya mereka mengirim suatu pengintai/pandu menjadi mata-mata. ia menemukan bahwa ada buah pada atas pohon dan desa/kampung dipenuhi dengan orang. kapan monyet mendengar bahwa ada buah pada atas pohon, mereka menentukan untuk mendapatkan buah yang manis itu untuk makan dan bertambah besar berani/kuat, suatu kerumunan di antara mereka pergi dan menceritakan kepada kepala/raja mereka. Kepala/raja bertanya apakah desa/kampung yang penuh atau kosong, penuh mereka berkata.” kemudian kamu harus tidak pergi,” yang dikatakan ia’ sebab laki-laki itu adalah yang sangat curang.”" tetapi, bapak mereka akan pergi pada tengah malam manakala semua orang adalah puasa saat tidur dan kemudian makan! maka perusahaan  cuti, ini tentang yang besar kepala mereka dan turun dari pegunungan dan melayani suatu batu besar yang dekat sampai orang yang dipensiunkan untuk beristirahat dalam pertengahan mengamati manakala orang adalah sudah tidur, mereka memanjat pohon dan mulai menyantap buah

Readmore..

Tuesday, January 17, 2012

SILAVIMAMSA – JATAKA NO. 330

| Tuesday, January 17, 2012 | 1 comments

“Kekuatan yang ada di bumi,” dan seterusnya. – Ini adalah sebuah kisah yang diceritakan oleh Sang Maha Guru ketika berada di Jetavana, tentang seorang brahmana yang pernah membuktikan kebaikannya. Dua kisah yang hampir sama telah disebutkan sebelumnya1. Dalam hal ini Bodhisattva lahir dalam keluarga brahmana di Kerajaan Benares.

Dalam membuktikan kebaikannya sepanjang waktu tiga hari dia mengambil sebuah koin dari tempat harta karun. Sekelompok orang memberikan informasi bahwa dia adalah seorang pencuri, dan ketika akan dibawa kepada Sang Raja, dia berkata :

Kekuatan di bumi tiada bandingnya,
Kebaikan mempunyai sesuatu yang sangat menakjubkan :
Memperoleh berkah dari angkasa,
Ular-ular yang mematikan menghindari semua kejahatan.

Setelah selesai mengucapkan kebaikan yang tertuang dalam syair pertama, dia memperoleh pengampunan dari Sang Raja dan hidup menjadi seorang pertapa. Pada saat itu seekor elang menyahut sepotong daging dari tempat penjual daging dan menukik tajam ke udara. Burung-burung lain mengitarinya dan menabraknya dengan cakar, paruh dan kuku-kukunya. Karena tidak mampu untuk menahan rasa sakitnya ia melepaskan daging tersebut. Kemudian burung lain menangkapnya. Hal tersebut seperti mengkondisikan keaadaan penekanan agar daging yang dibawanya jatuh. Kemudian burung yang lain memperebutkannya, dan siapa saja yang akan mendapatkan daging akan dikejar oleh burung-burung lain bahkan sampai mati, dan barang siapa yang melepaskan daging tersebut akan terbebas. Bodhisatta memahami keadaan ini, “nafsu-nafsu yang ada pada diri kita seperti sepotong daging. Barang siapa yang melekat padanya akan menderita, dan barang siapa yang tidak melekat padanya akan memperoleh perdamamian.” 

Dan dia menguncarkan bait syair yang kedua :
Ketika elang hendak memakan daging,
Burung-burung mematuknya hingga terluka
Ketika ia terpaksa melepaskan dagingnya,
Kemudian mereka tidak menyerangnya kembali.

Readmore..

KALAYA-MUTTHI-JATAKA No. 176

| | 0 comments

“seekor monyet yang bodoh”. Kisah ini diceritakan Sang Bhagava di jetavana, mengenai raja di Kosala.
Pada suatu musim penghujan, kekecewaan terjadi di perbatasan. Pasukan yang ditempatkan disana, setelah dua atau tiga pertenpuran mereka gagal menaklukan musuh, mereka mengirimkan suatu pesan kepada raja menyangkut musim, menyangkut hujan ketika memulai petempuran, dan berkemah ditaman Jetavana. Kemudian raja mulai mempertimbangkanmusim ini tidak baik untuk suatu ekspedisi, tiap lubang dan cekungan penuh dengan air, jalan berat, aku akan pergi mengunjungi Sang Bhagava. Ia yakin akan bertanya “jauh kemana”, ketika saya bercerita kepadanya ia pasti akan menceritakan kepada dia. Itu adalah tidak hanya didalam hal-hal yang menyangut hidup masa depan yang master (kita/kami) melindungi aku, tapi ia melindungi hal yang mana kita sekarang melihat. Maka perjalananku adalah tidak berhasil bai, ia akan say’ adalah sustu waktu tidak baik untuk pergi, tuan “; tetapi jika aku adalah untuk berhasil baik, ia akan tidak katakan apapun. “maka kedalam taman yang ia datang memberi hormat Sang Bhagava, dan setelah sambuta master duduk pada satu sisi.

Readmore..

Monday, January 16, 2012

4 hal untuk merubah pola hidup kita

| Monday, January 16, 2012 | 1 comments

Protokol : Romo Pannajayo
Pembaca Dhammapada : Ibu Encun Sukanta (Gatha 176 dan 177)
Dhammadesana : Y. M. Bhante Suddhasano
penulis: Grace Chandra

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhasa (3x)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya…!

Saat ini orang sibuk membicarakan masalah kiamat 2012. Isu seperti ini sebenarnya mengingatkan kita untuk segera mungkin memupuk kebajikan. Kita harus semakin bersemangat memanfaatkan apa yang kita miliki untuk berbuat baik.

Hidup dengan selalu membina diri agar selalu menjadi manusia yang lebih mulia sangatlah sulit. Malam ini Y. M. Bhante memberikan dhammadesana tentang empat hal yang harus kita lakukan untuk merubah pola hidup kita. Keempat hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mencegah hal-hal buruk yang belum ada diri kita
Contohnya yaitu jika diri kita yang bukan tipe suka marah-marah jangan sampai berubah menjadi suka marah-marah. Kita harus menjauhkan diri hal-hal yang buruk. Hal ini dapat dicapai dengan meditasi dan fangshen. Meditasi membuat diri kita selalu sadar dan mawas diri sehingga jika ada hal-hal buruk yang mendatangi diri kita maka kita akan tersadar untuk segera menjauhinya, Sedangkan fangshen membuat diri kita akan dipenuhi oleh cinta kasih sehingga kita dapat terbebas dari rasa memmbenci. Fangshen juga membuat diri kita selalu terlindung oleh kebajikan yang kita perbuat. Semakin banyak kita menolong orang maka akan semakin banyak kita terlindung oleh kebajikan.

Readmore..

Sidhi : Kalyanamitta

| | 0 comments

Dhammadesana : Sidhi Agustiana Taniman
Dhammapada : Tommy
Penulis : Tommy

Boleh dibilang hari yang cukup istimewa pada kebaktian remaja kali ini. Kenapa? karena pada kebaktian kali ini, Sidhi A.T. yang merupakan Ketua dari PMV SAG 2009-2010 bersedia untuk mengisi Dhammadesana kali ini. Saya sendiri mengenal sosok Sidhi belum lama. Sekilas, Sidhi terlihat pendiam, malu-malu dan grogian. Tapi hari ini, pandangan saya tentang ketua PMV yang baru ini berubah. Walau cara berbicara yang dibawakannya tidak sebagus penceramah lainnya karena aksen pembicaraanya yang belum terbiasa, tapi saya sungguh kagum dengan sosok ketua PMV yang satu ini. Sama seperti halnya Yessica F.S. yang sebelum menjadi ketua PMV 2008-2009 agak pendiam, setelah menjadi ketua PMV, menjadi lebih aktif. Saya yakin, apabila terus dilatih, Sidhi pun akan bisa menjadi pembicara yang baik.
Isi dari Dhammadesana yang Sidhi bawakan sangat bagus, seperti berikut :

Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya teman dan Mitta yang artinya baik atau bagus. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Terdapat empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus ( suhada ) : yaitu sahabat penolong ( upakaro mitto ), sahabat pada waktu senang dan susah ( samanasukha dukkhomitto ), sahabat yang memberi nasehat baik ( atthakhayamitto), dan sahabat yang bersimpati ( anukampakamitto ).

1. Ciri-ciri sahabat yang suka menolong ( Upakaromitto ) adalah :
1. Ia yang menjaga dirimu sewaktu lengah;
2. Ia yang menjaga dirimu sewaktu engkau lengah;
3. Ia yang menjaga dirimu sewaktu dalam ketakutan;
4. Ia memberi bantuan dua kali daripada yang engkau perlukan.
2. Ciri-ciri sahabat pada waktu senang dan susah ( Samanasukha dukhomitto )
1. Ia menceritakan rahasia-rahasia dirinya kepadamu;
2. Ia menjaga rahasia-rahasia dirimu;
3. Ia tidak meninggalkan dirimu sewaktu engkau berada dalam kesulitan;
4. Ia bahkan bersedia mengorbankan hidupnya demi kepentinganmu.
3. Ciri-ciri sahabat yang memberi nasehat baik ( Atthakhayamitto ) yaitu:

1. Ia mencegah dirimu berbuat jahat;
2. Ia menganjurkan dirimu untuk berbuat benar;
3. Ia memberitahukan apa yang belum pernah engkau dengar;
4. Ia menunjukan jalan ke surga.
4. Ciri-ciri sahabat yang bersimpati ( Anukampakamitto )

1. Ia tidak merasa gembira terhadap kesengsaraanmu;
2. Ia merasa senang atas kesejahteraanmu;
3. Ia mencegah orang lain berbicara jelek tentang dirimu;
4. Ia membenarkan orang lain memujimu.

Akalyanamitta ( Teman yang tidak baik )
Akalyanamitta artinya teman atau kawan yang tidak baik atau jahat yang berkeinginan untuk menjerumuskan diri kita sehingga mengalami penderitaan ( dukkha ). Terdapat empat orang yang harus dipandang sebagai musuh yang berpura-pura sebagai sahabat (amittamittapatirupapaka) yaitu : orang yang tamak ( Annadathuro ), orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu ( Vaci paramo ), penjilat ( Annuppiyabhani ) dan kawan pemboros ( Apayasahayo ).

1. Ciri-ciri orang yang berpura-pura sebagai sahabat ( Annadathuharo ) yaitu:
1. Ia yang tamak;
2. Ia memberi sedikit dan meminta banyak;
3. Ia melakukan kewajibannya karena takut;
4. Ia hanya ingat akan kepentingannya sendiri.

2. Ciri-ciri seorang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat sesuatu ( Vaci paramo ) yaitu:
1. Ia menyatakan bersahabat berkenaan dengan hal-hal yang lampau;
2. Ia yang menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-hal yang mendatang;
3. Ia berusaha untuk mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong;
4. Bila ada kesempatan untuk membantu, ia menyatakan tidak sanggup.
3. Ciri-ciri seorang penjilat ( Annupiyabhani ) yang berpura-pura sebagai sahabat yaitu:
1. Ia menyetujui hal-hal yang salah;
2. Ia tidak menganjurkan hal-hal yang benar;
3. Ia akan memuji dihadapanmu;
4. Ia berbicara jelek tentang dirimu dihadapan orang-orang lain.
4. Ciri-ciri seorang pemboros ( Apayasahayo ) yang berpura-pura sebagai sahabat yaitu:
1. Ia menjadi kawanmu apabila enkau gemar minum minuman keras;
2. Ia menjadi kawanmu apabila engkau gemar berkeliaran di jalan-jalan pada waktu yang tidak pantas;
3. Ia menjadi kawanmu apabila engkau mengejar tempat-tempat hiburan;
4. Ia menjadi kawanmu apabila engkau gemar berjudi.


Semoga bermanfaat.

Readmore..

Air Parita

| | 0 comments

Pada hari jumat tgl 8 januari 2010. saya & Nanda diberi tugas oleh ci Grace untuk merangkum ceramah pada kebaktian umum yang akan di isi oleh Bhante dari Vihara Dhammacaka Jaya Jakarta. Yang akan dimuat untuk blog ini. Ci Grace Chandra menugaskan kami berdua karena ci Grace sedang kurang sehat.

Pada malam hari ini Bhante sangat senang dapat mengisi dhammadesana di Vihara surya Adhi Guna ini. Ini terlihat dari keinginan Bhante untuk masuk ke ruangan Dhammasala sebelum dipersilahkan masuk. Saat umat sedang bermeditasi Bhante ingin segera masuk, ini karena sebelumnya Bhante bertanya kepada saya berapa umat yang hadir, lalu saya menjawab ya kira-kira ada lah 150 orang. Lalu Bhante menjadi segera ingin melihat dan masuk ke dalam ruang dhammasala lebih cepat dari rencana. Karena itu malam hari ini tidak ada pembacaan dhamapada.

Saat dhammadesana Bhante menjelaskan tentang air parita.

mungkin banyak dari kita yang bertanya tentang khasiat atau manfaat dari air parita.
Adakah manfaatnya???.
Pertaanyaan ini dapat dijawab melalui 2 tinjauan yaitu tinjauan dari sutta dan tinjauan ilmiah.
Dalam dhammadesana Bhante kali ini, Bhante menerangkan tentang sejarah kenapa ada air parita dan apa tujuannya.

Bhante bercerita 10 tahun yang lalu saat bahte masih menjadi umat awam Bhante belum mengerti tentang air parita. Orang-orang yang pergi ke vihara selalu meminta para bhikku yang hadir untuk memberikan air parita, mungkin tujuannya agar hidupnya berhasil dan sukses, jika pelajar mungkin agar mendapat nilai yang bagus.

Tetepi setelah Bhante memasuki sangha, beliau tinggal di Vihara mendut menjadi samanera dan harus belajar selama 1 tahun saat beliau belajar tidak ada guru yang mengajar atau menjelaskan tentang air parita tetapi bhante dengan semangatnya mencari tau sendiri dengan membaca-baca buku. Lalu beliau menemukan salah satu buku tipitaka yang menjelaskan tentang sejarah dari air parita yaitu khuddakapatha.

Didalam khuddakapatha dijelaskan bahwa Buddha memberikan intruksi kepada Ananda untuk menghafalkan dan mempelajari suta permata (parita Ratana sutta), setelah paham Ananda diperintahkan untuk mengajarkan kepada para Bhikku dan para umat.

Pada saat itu di kota Vesali terjadi sebuah bencana, awalnya terjadi kekeringan yang panjang mengakibatkan kelaparan lalu banyak berjatuhan korban karena bencana ini. Karena terlalu banyak yang meninggal, mayat-mayat itu pun tidak dimakamkan, tetapi hanya didiamkan begitu saja. Lama kelamaan mayat-mayat itu pun membusuk akibatnya banyak makhluk-makhluk yang berdatangan ketempat itu yang mencium aroma bau busuk mayat, makhluk-makluk itu adalah raksasa asura dan makhluk peta kunapasa. Selain itu juga banyak menyebar penyakit.

Setelah Buddha mendengar berita ini lalu Buddha datang ke kota Vesali pada saat Buddha datang banyak keajaiban yang yang ikut datang juga yaitu salah satunya turunnya hujan lebat tiada henti-hentinya. Hujan ini disebut hujan teratai, hujan ini aneh. Mereka yang ingin basah terkena hujan maka akan basah tetapi mereka yang tidak ingin basah maka tidak akan basah dan akan tetap kering.

Karena hujan ini tidak kunjung berhenti hingga berhari-hari maka terjadi banjir, kira-kira setinggi pinggang orang dewasa, karena banjir ini mayat-mayat yang berserakan menjadi hanyut terbawa airkesungai gangga lalu menuju ke laut. Setelah itu kota Vesali menjadi bersih dari mayat-mayat, raksasa pun pergi tetapi makhluk-makhluk peta bersembunyi di balik kandang-kandang ternak. Lalu Buddha beserta rombongan 500 Bhikku dan para umat berbaris lalu membacakan sutta permata (parita Ratana sutta). Ini lah pertama kalinya Ratana sutta dibacakan bersama-sama dan menggema di seluruh negri.
Buddha dibaris paling depan sambil membawa mangkok yang berisi air lalu memercikan air itu keseluruh penjuru, setelah pemercikan air itu makhluk-makhluk peta tersebut yang sebelumnya bersembunyi di belakang kandang ternak menjadi lari dan kabur.
Setelah itu Sang Buddha membabarkan Ratana sutta lalu 84000 mkhluk yang hadir baik manusia atau pun dewa mencapai kesucian sottapana.
Dari cerita tadi dapat disimpulkan bahwa manfaat air parita adalah untuk membersihkan tempat dari makhluk-makhluk seperti raksasa dan makhluk peta.
Itu tadi menurut tinjauan sutta.
Sekarang jika menurut tinjauan ilmiah, para pemikir ilmiah selalu menuntut bukti dan fakta. Ada suatu penelitian yang meneliti air.
Menurut penelitian ilmiah air dapat merekam apa yang kita pikirkan.
Ada 2 jenis air. air yang pertama diberi kata-kata, oh sungguh indah, kata2 yang halus dan lembut, sedangkan yang satunya diberi kata-kata ari kau sungguh jelek dan bau. Setelah itu air itu di bekukan lalu saat mencair dilihat dengan menggunakan alat, air yang di beri pujian menghasilkan molekul-molekul yang baik dengan bentuk seperti kristalbernentuk segi enam, sedangkan yang di jelek-jelekan mendapatkan hasil yang buruk air menjadi berwarna coklat seperti lumpur. Dari sini dapat mebuktiak kata- kata yang baik akan berdampak sesuatu yang baik pula.

Ucapan itu bersumber dari pikiran jadi jika kita senantiasa berfikir positif dan berbicara yang baik maka apa yang kita lakukan akan baik pula dan kita akan selalu sehat dan bahagia.
Ingatlah dhammapada gatha 1 dan 2. yang berbunyi
pikiran adalah pelopor dari segala seuatu.
Pikiran adalah pemimpin
Pikiran adalah pembentuk
Jika seseorang melakukan perbuatan baik maka
Kebahagiaan akan mengikutinya.
Bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.
Semoga bermanfaat....
Semoga semua makhul berbahagia.....
Be Happy...

Readmore..

Bhante Upasammo : Sunguh sulit untuk mendengarkan ajaran kebenaran

| | 0 comments

Protokol : Romo Pannajayo
Penyalaan Lilin Altar : Bpk.Aen
Pembacaan Dhammapada : Ibu Vina (gatha 152 dan 153)
Dhammadesana : Y. M. Bhante Upasamo
dari Vihara Dhammacakkha Jaya, Sunter
Tema : Kiccham saddhammasavanam
(Sungguh sulit untuk mendengarkan ajaran  kebenaran)


Malam ini untuk kedua kalinya Y. M. Bhante Upasamo mengisi Dhammadesana di Vihara Surya Adhi Guna, Rengasdengklok. Pada kesempatan ini Bhante membahas tentang bait Dhammapada gatha 182 baris ketiga yang berbunyi "Kiccham saddhammasavanam", yang berarti sungguh sulit untuk mendengarkan ajaran kebenaran (Dhamma).

Dalam Anguttara Nikaya disebutkan bahwa suatu ajaran dapat dikatakan sebagai ajaran kebenaran apabila ajaran tersebut memenuhi 8 kriteria. Sang Buddha berkata, "Itu adalah Dhamma, itu adalah Vinaya, dan itu adalah ajaran Sang Guru jika ajaran tersebut:
1. Ajaran itu mengajarkan tanpa nafsu
2. Ajaran itu bebas dari kemelekatan
3. Ajaran itu menuju pada pelepasan
4. Ajaran itu menuju pada sedikit keinginan
5. Ajaran itu mengajarkan pada kepuasan
6. Ajaran itu mengajarkan pada kesendirian
7. Ajaran itu mengajarkan pada membangkitkan semangat, bukan pada
kelembaman
8. Ajaran itu mengajarkan pada kesederhanaan bukan pada kemewahan

Untuk mendengarkan dhamma tidaklah mudah dan perlu prose yang panjang, Sebagai contoh Bhante Upasamo dapat datang ke Vihara Surya Adhi Guna untuk membabarkan Dhamma karena Bhante sudah menjalani kehidupan samanera selama dua tahun dan ada umat yang bersedia antar jemput Beliau Jakarta-Rengasdengklok. Oleh karena itu kita harus menghargai dan mendengarkan Dhamma karena sungguh sulit untuk melakukan pembabaran Dhamma. Walaupun yang membabarkan Dhamma kurang mahir dan ajarannya sederhana kita patut mendengarkan dan mengambil manfaat dari pembabaran Dhammanya.

Kita patut menghargai pembabar Dhamma karena menjadi pembabar Dhamma tidaklah mudah dan agak riskan. Terkadang apabila seorang pembabar Dhamma mempunyai perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran yang dia babarkan maka hal ini akan dipertanyakan oleh orang yang mendengarnya. Sebenarnya jika kita mendengarkan Dhamma dari seseorang yang perbuatannya tidak ideal dengan ajarannya bukan berarti kita tidak perlu mendengarkannya. Kita tetap masih dapat memperoleh manfaat jika kita tetap mendengarkan dan mempraktekkan ajarannya.

Begitu pula jika ada seorang Dhammaduta memberikan ajaran yang sederhana, kita pun harus tetap mendengarkan. Ada sebuah cerita seorang guru yang selalu mengajarkan ajaran yang sederhana, semua ajarannya hampir sama dan diulang-ulang. Suatu hari sang Murid bertanya pada Gurunya, "Guru.., mengapa Guru selalu mengajarkan ajaran yang sederhana, hampir sama dan selalu diulang-ulang." Lalu sang Guru menjawab, "Memang betul ajaranku sederhana dan seringkali diulang-ulang. Akan tetapi apakah kamu sudah dapat melakukan dengan baik ajaranku yang sederhana tersebut?." Sang murid pun tersentak dan tersadar. Ia menyadari walaupun sungguh sederhana ajaran Gurunya tetapi ia belum dapat mempraktekkannya dengan baik.

Dalam Anguttara Nikaya dikatakan ada 5 manfaat yang dapat kita peroleh dari mendengarkan Dhamma yaitu:
1. Mendengar sesuatu yang belum pernah di dengar
2. Memantapkan atau mengingat kembali apa yang sudah didengarkan
3. Keragu-raguannya hilang
4. Meluruskan pandangan
5. Batin menjadi tenang dan damai 

Kita umat Buddha berangkat ke Vihara dengan berbagai alasan yaitu: merasa akab dengan pembicaranya sehingga merasa perlu mendengarkan dhammadesananya; merasa pergi ke Vihara dapat mengisi waktu luangnya; datang karena takut dikatakan malas; atau untuk menguji dengar bagaimana kemampuan Dhammaduta yang mengisi kebhaktian pada saat itu. Walaupun datang ke Vihara dengan berbagai alasan yang tidak sama tetapi sungguh beruntung kita dapat datang ke Vihara dan mendengarkan Dhamma. Dapat kita bayangkan kalau kita tidak mendengarkan Dhamma maka diri kita tak kan sebaik sekarang ini. Dahulu kita menganggap perbuatan amoral adalah baik akan tetapi setelah mendengarkan Dhamma pastilah kita tidak mau melakukan perbuatan amoral lagi.

Saat ini untuk bertemu dengan Dhamma semakin mudah karena buku-buku Dhamma semakin banyak dan Vihara semakin banyak. Hal ini sangatlah bagus. Oleh sebab itu janganlah disia-siakan.
Sebelum menutup Dhammadesananya. Bhante menganjurkan kami agar tidak melihat siapa yang membabarkan Dhamma tetapi lihatlah ke dalam, lihat apa yang dapat kita praktekkan. Dengan jalan ini maka kita mendapatkan manfaat untuk berubah dari tidak baik menjadi baik.

Demikian Dhammadesana dari Bhante Upasamo, Semoga Bermanfaat. Sadhu...! Sadhu...! Sadhu...!

Readmore..

Dimensi Alam Kehidupan yang Berbeda

| | 1 comments

 “ Misteri……….” Itulah kata yang selalu membangkitkan selera orang untuk menemukan klarifikasi dan realitas. Agak aneh kedengarannya upaya mengungkap dan mencari keabsahan misteri. Dan sepertinya mustahil untuk mendapat jawaban realitasnya. Namanya saja sudah misteri. Misteri merupakan fenomena yang tak kunjung usai untuk diburu dengan berbagai cara, baik dengan membaca fenomena-fenomena alam dengan ketajaman insting sebagai pengalaman pribadi, menghayati ungkapan pengalaman spiritual dari tatanan tradisional, maupun menggunakan terapan teknologi. Pendeknya, semua dilakukan untuk mengungkap fenomena misteri itu.

Dalam dunia hiburan di Indonesia, menarik untuk disimak bahwa fenomena misteri menjadi komoditas unggulan yang sangat sensasional sebagai menu tayangan di televisi belakangan ini, mulai dari “Hoka-Hoka”, “Gentayangan”, sampai “Memburu Hantu”. Beragam sudut pandang dan versi yang sangat variatif disajikan ; entah sebagai hiburan semata, entah untuk meyakinkan pemirsa akan adanya sisi kehidupan di luar realitas konvensional dunia nyata, yakni apa yang sebagai kesepakatan umum disebut dengan “Dunia Maya” atau “Dunia Lain”. Dunia maya yang dimaksud di sini tak lain dan tak bukan adalah suatu dunia dengan karakter dan muatan tata kehidupan yang berbeda dengan realitas duniawi.
Keyakinan apapun, termasuk agama-agama, memiliki klarifikasi dan referensi tersendiri sebagai konfirmasi bahwa dunia maya atau dunia lain benar-benar ada, bukan hanya isapan jempol belaka. Bila kita memanfaatkan analisis batiniah kita secara seksama, kita akan tiba pada kesimpulan bahwa dimensi dunia lain itu benar-benar ada.

Berbagai agama telah membenarkannya meskipun dengan versi yang berbeda-beda. Bagi agama-agama yang menganut paham teologisme dengan irama dogma yang kaku dan padat, Tuhan memang telah menskenariokan segala sesuatu sedemikian rupa sebagai bukti bahwa Tuhan itu Mahakuasa.. Termasuk dalam kekuasaan-Nya adalah diciptakannya oleh-Nya dimensi dunia yang berbeda dari kehidupan manusia. Bahkan penghuni kehidupan dunia lain adalah makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang tidak dikehendaki. Kalaupun dikehendaki, mereka berfungsi sebagai sarana penguji dan pengganggu manusia agar manusia benar-benar tahan uji untuk bias menghadap ke sisi Sang Pencipta. Jadi manusia sebagai objek dan subjek atau pelaku sebuah scenario yang melibatkan makhluk-makhluk rendah, seperti iblis, hantu, raksasa-raksasi, binatang dan lain-lain. Mereka semua adalah alat peraga ujian bagi manusia. Bila manusia mampu melewati hadangan alat-alat peraga tersebut, maka baginya jalan menuju sisi Sang Pencipta akan mudah. Jadi, pelaku skenario dituntut untuk selalu patuh dan taat. Ia tidak berkesempatan memilih peran dalam lakon yang telah diskenariokan. Bila sudah demikian tentu tidak sulit dijalani, yang penting menerima saja ; yang penting taat dan patuh sepenuhnya. Sang pelakon tidak perlu mengeluarkan dan mengembangkan energi dan potensi spiritualnya. Sang pelakon tidak perlu menggunakan instrument analisis dalam ruang laboratorium intelektual dan realita – dengan memanfaatkan alat-alat kelengkapan berupa formulasi hukum karma – untuk menguji kesahihan sebab-akibat fenomena dimensi kehidupan lain (ataupun hal-hal lain). Dalam paham teologisme, yang diperlukan adalah ketaatan menerima apa adanya. Kalaupun orang berusaha untuk tahu labih jauh tentang proses dan adanya sebab-akibat, usaha demikian tidak bisa keluar dari jalur yang sudah ditulis dalam skenario. Jadi tambahan pengetahuan itu hanya berfungsi sebagi suplemen agar ia lebih taat lagi. Kalaupun ia menemukan bahwa penjelasan sebab-akibat tersebut ternyata bukan jalur dan cabang dari paham teologisme, di sana ia sudah terhalang oleh rintangan “dosa”. Dan orang umunya gemetar bila berhadapan dengan si dosa itu, sehingga rasa penasaran tentang eksistensi sang pembuat skenario berikut karyanya cukup sampai pada “Itu sudah rahasia”. Ingin tahu lebih jauh lagi tentang asal muasal dan lain-lain? Stop !

Inilah yang barangkali menjadi formula utama paham teologisme. Apakah Buddhisme, atau yang akrab kita sebut agama Buddha, juga menganut paham ini? Tidak !

Inilah paham yang berbeda dengan apa yang diuraikan di atas, yang sama sekali bukan seperti itu. Agama Buddha menggunakan prinsip humanisme dalam menerapkan praktek tata kehidupan. Umat Buddha dipersilahkan untuk sedapat mungkin mengetahui, menjalani, dan mengalami sendiri tanpa sekat yang membelenggu sepanjang hal itu tidak mengganggu proses pencapaian kebijaksanaan.
Demikian juga halnya, agama Buddha memahami dimensi dunia lain sebagai bagian dari pengetahuan Dhamma. Hal tersebut tentu baik dalam rangka menguatkan sikap dalam menata kehidupan.
Benarkah setan adalah makhluk yang merugikan manusia ?

Dalam agama Buddha, adanya kehidupan makhluk-makhluk di luar dunia kita bukan sesuatu yang aneh atau misterius. Justru agama Buddha jauh lebih memadai dalam menjelaskan hal itu. Ada empat alam rendah, di bawah alam manusia, yang sering diilustrasikan ataupun tidak, makhluk seperti itu memang ada. Namun keberadaannya tentu tidak mudah ditangkap, dengan media visual sekalipun, karena pada dasarnya makhluk demikian dimensinya adalah alam batin, walaupun ada sementara orang yang bisa melihatnya secara kasat mata. Sebenarnya makhluk tersebut bukan merupakan – kalau boleh saya sebut – produk gagal dari Sang Pencipta. Setan, iblis atau hantu merupakan wujud akumulasi kolektif akusala kamma atau perbuatan buruk yang dilakukan suatu makhluk (manusia) semasa hidupnya sebelum terlahir di alam rendah. Hidup bukan hanya berlangsung sekali saja. Bagi orang yang tidak bisa menerima konsep hukum karma, dalam hal ini kelahiran kembali, sulit dipahami bahwa yang terlahir di alam rendah sebenarnya adalah manusia yang gagal menjalani hidup dengan sifat baik.

Makhluk-makhluk alam rendah terlahir dengan membawa sifat buruk. Ada empat alam rendah. Keempatnya dihuni oleh bentuk dan karakter tata kehidupan yang berbeda-beda. Empat alam tersebut adalah alam binatang (tiracchana bhumi), alam setan (peta bhumi), alam asura (asurakaya bhumi), dan alam neraka (niraya bhumi).

Sudah barang tentu kita tidak penasaran dengan eksistensi alam binatang. “Anggota-anggotanya” secara fisik hidup berdampingan dengan dunia manusia. Namun tentu tidak demikian halnya dengan makhluk di alam rendah lain seperti setan atau iblis. Makhluk di alam setan, seperti halnya binatang, menjalani proses hidupnya sebagai hasil dari karma buruknya. Makhluk di alam setan ada yang bisa berkehendak baik, misalnya setan yang mampu merasuki tubuh, atau lebih tepatnya merasuki ketidaksadaran manusia, disebabkan oleh adanya keterkaitan karma dengan orang yang dirasuki. Itulah sebabnya kita melihat orang yang “kemasukan” bisa menjelaskan beberapa hal baik, konon mampu mengobati penyakit tertentu pada orang tertentu pula. Jelaslah bahwa setan juga ada sisi baiknya, meskipun sedikit dan sangat jarang. Lagipula, sekali lagi, tidak semua setan bisa melakukan hal demikian.

Setan adalah makhluk yang belum terlahir. Ia adalah makhluk gentayangan. Meskipun demikian, ia tetaplah bukan makhluk yang jahat seperti yang dituduhkan oleh para penganut keyakinan/agama tertentu. Tidak terdapat cukup bukti dan alasan yang jelas bahwa setan adalah pengganggu manusia. Justru manusialah yang sering membuat setan menjadi terganggu. Berikut adalah sekilas contoh terganggunya makhluk rendah oleh perilaku manusia.

Dikisahkan, ada sekelompok bhikkhu yang berniat melaksanakan meditasi di sebuah hutan yang lebat. Pohonnya besar-besar. Di berbagai sisi bukit hutan tersebut terdapat gua-gua yang sangat cocok sebagai tempat meditasi. Maka para pertapa, Bhikkhu Dutannga bermaksud memanfaatkannya sebagai tempat bertapa. Namun apa yang terjadi ketika para pertapa mulai bermeditasi? Mereka tiba-tiba merasa lelah secara fisik. Suasana hutan yang semula sunyi senyap dan damai berubah menjadi sangat menyeramkan. Suara-suara aneh berkumandang dalam berbagai irama dan membuat bulu roma berdiri. Kala malam hari nan gelap tiba, di sekitar para pertapa muncul pelbagai bayangan seperti, sesosok kerangka manusia gemerentak berjalan-jalan, macam-macam sosok tubuh manusia yang tidak lengkap, dan sebagainya. Juga tercium bau amis dan bau busuk yang menyengat ; belum lagi munculnya suara tangisan yang memilukan dan suara-suara gaduh yang tidak jelas asalnya yang sekonyong-konyong menyergap pendengaran para pertapa. Semua kekacauan itu merupakan kerjaan makhluk-makhluk rendah yang berdiam di tempat tersebut karena merasa terganggu atas kehadiran manusia di hutan tempat mereka tinggal. Tentu saja para pertapa merasa sangat terganggu sehingga tidak dapat bermediatsi dengan baik. Maka para bhikkhu pun memutuskan untuk menghadap Sang Buddha. Dengan segala daya dan upaya, mereka akhirnya berhasil menghadap Sang Buddha. Setelah memberi hormat, salah satu bhikkhu menceritakan kondisi dan situasi hutan tempat mereka bertapa, khususnya perihal ketidaknyamanan mereka, seraya memohon Sang Buddha merekomendasikan tempat/hutan lain.

Setelah Sang Buddha melakukan survey dengan Mata Batin – Nya, Beliau justru menyarankan agar para bhikkhu kembali ke hutan yang tadi lagi, karena hutan itu sangat ideal untuk bertapa.. Namun Beliau memberi nasihat dan bekal yang patut kepada para pertapa, yaitu bahwa bila sebelumnya mereka mencoba melawan tatkala diganggu oleh makhluk rendah/setan-iblis-raksasa/raksasi dan sebangsanya, kali ini mereka harus melimpahkan cinta kasih dan kasih sayang secara total. Maka Beliau kemudian mengajarkan syair Kasih Sayang yang Harus Dikembangkan (Karaniyametta Sutta). Dengan modal itu para pertapa kembali ke hutan tersebut. Dan ternyata memang apa yang dirasakan pertapa sama sekali berubah ! Mereka justru mendapat perlakuan yang luar biasa dari penghuni-tak-kasat-mata hutan tersebut. Karena apa? Karena para pertapa telah melimpahkan kasih sayang yang besar kepada mereka – makhluk-makhluk rendah penghuni hutan tersebut.

Ini bukti bahwa makhluk semacam itu justru harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang ; bukan dengan hujatan, tuduhan, sangkaan, apalagi pengusiran dan perlawanan. Bila dengan makhluk yang tak tampak saja manusia sudah berlaku kasar dan curiga, menghujat, mendakwa (intinya menjadikan mereka musuh), bagaimana dengan sesama manusia dengan sesama manusia yang nyata-nyata ada, yang acap tidak sepaham dan sejalan dalam pola pikir dan perilaku? Benarkah sebaik-baiknya manusia pasti punya musuh dan sejahat-jahatnya masih punya teman? Kalu sejahat-jahatnya orang saya yakin pasti masih punya teman, ya sesama penjahat ! Namun kalau orang baik ? Layakkah ia mengklaim dirinya punya musuh ? Kalau jawabannya ya, berarti kebaikannya gugur demi kebenaran dan kebaikan itu sendiri.
Manusia yang tidak memiliki pemahaman yang benar dan proposional mengganggap bahwa setiap setan/iblis memang diciptakan untuk membuat keonaran bagi mental manusia. Sungguh itu merupakan penafsiran yang salah bila dipahami dari sudut pandang Buddhisme.
Benarkah setan/iblis merupakan produk gagal ?

Apabila memang dalam buku suci terdapat referensi atau malah justifikasi bahwa setan merupakan makhluk pengganggu manusia, hal itu akan menguatkan kadar kebencian mereka yang menjadikan buku suci tersebut sebagai panduan dan tuntunan spiritualnya terhadap makhluk rendah tersebut. Tetapi mereka yang menganut ajaran Sang Buddha justru memiliki pandangan terbalik. Bukankah manusia rendah semisal setan/iblis merupakan bagian dari objek yang mesti ditolong ?

Sebagai manusia, yang memiliki kadar intelektual yang tinggi dan berkembang serta mampu meningkatkan khazanah kebijaksanaan, tentu kita dapat berpikir dengan bijak. Bahkan secara konvensional saja kita dapat menganalisis dari segi kemanusiaan. Kita bisa memperkuat potensi kehendak untuk menolong dan membantu mereka yang pantas ditolong sekalipun itu harus dengan menyeberangi sekat dimensi dunia yang berbeda. Berbeda karena eksistensi makhluk rendah yang demikian adalah dalam dunia batin (batiniah). Ia sedang menjalani hasil dari akumulasi akusala karma – nya. Sementara kita, manusia, dilengkapi dengan jasmani yang konstruktif plus kemampuan untuk mengembangkan potensi kebijaksanaan dan kualitas proses kehidupan hingga terakhirinya samsara.

Untuk menilai sikap manusia terhadap makhluk di alam rendah, kta dapat membandingkannya dengan apa yang terjadi di alam manusia. Bagaimana orang yang kurang beruntung diperlakukan kasar dan tidak manusiawi ? Mungkinkah ia akan meresponnya dengan hormat dan santun ? Tentu tidak, bukan? Demikian pulalah halnya bila kita berlaku kasar terhadap makhluk rendah. Mereka akan bersikap kasar pula, karena, walaupun umumnya disebut makhluk halus, pada dasarnya mereka hidup dalam dunia yang kasar. Kita menyebut “halus” semat-mata karena konstruktif ia tidak tertangkap oleh panca indera kita secara nyata.

Jadi, yang patut digaribawahi di sini adalah bahwa makhluk di alam rendah bukan merupakan produk dan desain dari Sang Maha Pencipta sebagi kutukan atau hukuman.
Semoga semua makhluk dapat mempertahankan kesejahteraan yang diperolehnya, dan semoga semua makhluk saling memancarkan cinta kasih dan kasih sayang.

Readmore..

Jawaban Atas Siapakah Sang Buddha?

| | 0 comments

Pada suatu waktu seorang pertapa bernama Dona, memperhatikan tanda-tanda dari bekas jejak Sang Buddha, menghampiri Beliau dan bertanya pada Beliau : 

“ Yang Mulia tentunya Deva ?“ ¹
“ Tentu saja bukan, pertapa, saya bukan Deva,” Jawab Sang Buddha.
“ Lalu Yang Mulia tentu Gandhaba ?” ²
“ Tentu saja bukan, pertapa, saya bukan Gandhabha.”
“ Lalu Yakkha ?” ³
“ Tentu saja bukan, pertapa, bukan Yakkha.”
“ Lalu Yang Mulia tentu seorang Manusia “
“ Tentu saja bukan, pertapa, saya bukan seorang manusia.”
“ Lalu kepada siapa Yang Mulia berdoa ?”
Sang Buddha menjawab bahwa Beliau telah menghancurkan kekotoran-kekotoran dari kondisi kelahiran kembali seperti Deva, Gandhabha, Yakkha atau seorang manusia dan menambahkan :
“ Seperti sekuntum bunga teratai, yang cantik dan elok.
Tidak menjadi kotor karena air.
Saya tidak menjadi kotor karena air,
Oleh karena itu, pertapa, saya seorang Buddha “
( Anguttara Nikaya ii, hal 37 )

Sang Buddha tidak menyatakan sebagai Titisan (Avatara) dari dewa Hindu : Vishnu, yang sebagaimana bhagavadgita menyanyikannya dengan sangat menarik, dilahirkan berulang kali dalam masa yang berbeda untukk melindungi orang yang berbudi, menghancurkan yang jahar, dan menetapkan Dhamma (Kebenaran).

Menurut Sang Buddha tidak terhitung banyaknya para Dewa dan kelompok makhluk yang tunduk pada kelahiran dan kematian; tetapi tidak ada satupun Dewa tertinggipun yang mengatur nasib-nasib manusia dan mempunyai kekuatan hebat untuk muncul di dunia pada jarak waktu yang berbeda, menggunakan bentuk manusia sebagai suatu sarana. ?

Foot note :
1. Deva : Suatu makhluk dewa yang bertempat tinggal di tempat yang amat menyenangkan.
2. Gandhabha : Pemusik Surgawi.
3. Yakkha : Seorang Setan.
4. Walaupun guru-guru Hindu, dengan tujuan menarik kedalam agama Hindu untuk memperbanyak pengikut-pengikut Agama buddha, telah dengan tidak adil menyebut Sang Buddha sebagai Titisan Dewa ( Avatara ), suatu gagasan yang Beliau tidak akui pada masanya.

Readmore..

Y. M. Bhante Adhiratano : Bekal yang kita tabung agar kita bahagia.

| | 0 comments

Kebhaktian Umum, 02 Oktober 2009
Penyalaan Lilin Altar : Bapak Aen
Protokol : Romo Pannajayo
Pembacaan Dhammapada : Ibu Empang (Gatha 320 dan 321)
Dhammadesana : Y. M. Bhante Adhiratano
penulis : Grace Chandra

 
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhasa.. (3X)
Namo Sang Yang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya.. !!!

Tiga tahun yang lalu saat Y. M. Bhante Adhiratano masih Samanera, Beliau pernah mengunjungi Vihara Surya Adhi Guna. Saat ini untuk kunjungan yang kedua kalinya Beliau memberikan Dhammadesana tentang bekal sejati yang harus kita tabung guna menghadapi kehidupan kita yang akan datang.
Pada awal Dhammadesananya Y. M. Bhante Adhiratano mengulas tentang bencana gempa di Sumatera Barat. Bhante mengatakan bencana ini menunjukkan ketidak kekalan (Anicca) hidup ini. Segala sesuatu yang terjadi sangatlah tidak pasti, yang pasti hanyalah kematian yang suatu saat akan menjemput kita. Dalam mengarungi kehidupan yang tidak kekal ini sangatlah dibutuhkan suatu “Bekal” yang dapat menjamin diri kita akan bahagia.

Lalu “Bekal” apakah yang harus kita tabung dan miliki agar kita bahagia???. Sebagian orang berpikir jika mereka mempunyai bekal kekayaan duniawi yang melimpah ruah maka ia akan bahagia. Persepsi ini timbul karena mereka merasa bahagia setiap memiliki sesuatu. Akhirnya mereka merasa harus memiliki…, memiliki dan memiliki terus agar hidupnya berbahagia.

Kebahagiaan yang sejati bukanlah yang seperti itu. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang dapat diperoleh bukan hanya dengan memiliki tetapi juga dengan melepaskan sesuatu. Jika kita mempunyai sifat yang dapat merelakan barang kita untuk membantu orang lain (berdana) maka kita juga akan merasakan suatu kebahagiaan.

Dana merupakan salah satu bekal kebajikan yang akan menuntun kita ke kehidupan yang lebih baik lagi. Dana merupakan pintu gerbang kebajikan yang sangat mudah dilakukan oleh siapa pun juga. Berdanalah maka kebajikan-kebajikan yang lain akan datang menghampiri kita.

Selain berdana diri kita juga harus membekali diri dengan sila yang baik. Untuk umat awam terdapat lima sila yang harus dipatuhi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.Kelima sila itu yaitu: tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan perbuatan asusila, tidak berbohong atau berbicara yang tidak benar dan tidak minum-minuman yang membuat lemahnya kesadaran.

Orang yang mempunyai sila yang baik maka hidupnya akan nyaman dan tentram. Sebagai contoh jika kita hidupnya suka mencuri dan membunuh ketika kita melihat polisi maka diri kita pastilah akan merasa gelisah. Kita merasa ketakutan karena berpikir kemungkinan polisi menangkap kita. Tetapi jika kita selalu menjaga sila (tidak pernah mencuri dan membunuh) maka walaupun disekitar kita ada satu truk polisi tiba-tiba datang ke daerah kita, kita tidak akan merasa gelisah dan ketakutan. Kita hanya berpikir mungkin polisi datang karena ada penjahat di sekitar kita.

Setelah melakukan dana dan sila, alangkah baiknya umat Buddha juga menjalankan meditasi dalam kehidupan sehari-hari. Meditasi merupakan langkah untuk mensucikan pikiran. Meditasi merupakan keunggulan ajaran agama Buddha dibandingkan agama dan kepercayaan lain. Semua agama sama mengajarkan untuk selalu berbuat baik akan tetapi yang mengajarkan untuk memurnikan pikiran hanyalah agama Buddha. Oleh sebab itu seorang umat Buddha yang tidak pernah melakukan latihan meditasi setiap hari belum dapat dikatakan sebagai umat Buddha 100 %.
Pada akhir Dhammadesananya, Bhante berharap Dhammadesana yang beliau berikan pada malam ini membuat kami semua bersemangat menjalankan meditasi. Semoga kami semua dapat semakin maju dalam dhamma.

Pada kebaktian kali ini pula, diakhiri dengan pemberian penghargaan pada umat Buddha di Rengasdengklok yang telah mendonorkan darahnya untuk PMI ( Palang Merah Indonesia ) dalam misi kemanusian. Antara lain, di Anugerahkan kepada Ibu Lisa ( 25 kali donor ) dan kepada Bapak Uu Dharmawan sebanyak ( 10 kali donor ).

Demikianlah ringkasan kebhaktian umum, 02 oktober 2009. Semoga bermanfaat.
Sadhu…! Sadhu…! Sadhu…!

Readmore..

MAKATAKKA JATAKA No. 173

| | 0 comments

(68) “Ayah lihatlah, seorang pengikut yang tua dan miskin dst.  Kisah ini dikisahkan oleh sang maha guru di jetavana tentang sesuatu pemahat intinya akan berkenaan denga  keahlian adalah dalam buku XIV .
Disini sang maha guru berkata “ wahai para siswa tidak hanya sekali ini saja memiliki pengikut seorang penjahat, pada masa lampau ketika ia terlahir menjadi seekor kera dia mengunakan siasat untuk memanaskan suasana “. Kemudian dia mengisahkan kisah yang telah lampau pada suatu masa ketika brahmadata memerintah di  banares Bodhisattva lahir di keluarga brahmana di desa kali ketika ia menginjak dewasa dia menerima pendidikan di  Yakasila dan ia  mengunakan pendidikan tersebut untuk mengarahkan hidupnya.

Istrinya pada saat itu melahirkan seorang putra dan ketika putranya mulai berlatih berjalan  sang istri tersebut  meningal, suaminya melakukan pemahkamannya dan ia berkata “ apa artinya bagiku sekarang ? saya dan anak saya akan hidup sebagai  petapa “  meninggalkan daerah nya dengan di iringgi air mata ia membawa anaknya keHimalayadan memandikannya sebagai praktisi keagamaan dan hidup serta tinggal di akar-akar pohon dan makan buah dari pohon yang ada di hutan.

Pada suatu hari sepanjang musim hujan ketika terjadi hujan lebat ia membakar tongkat untuk menghangatkan tubuh dan terbaring di tumpukan jerami dan di hangatkan oleh api dari hasilk pembakaran tongkat kemudian putranya duduk di samping sembari mengosok kakinya.
Pada saat itu ada seekor kera liar dalam keadaan mengigil kedinginan mendekati api yang dinyalakan oleh sang petapa “ sekarang”, pikirnya, “ seumpama saya datang ke sana secara lebih dekat mereka akan menjerit dan berkata ada kera ! sehingga akan mengusir saya kembali, saya sebaiknya tidak datang kesanamenghangatkan diri sendiri karena saya sudah mempunyai  dia menangis”.

“ Saya harus mendapatkan pakaian pertapa itu dan datang kesanadengan penyamaran “  maka dia mengambil pakaian dari petapa yang telah meninggal  mengumpulkannya dalam keranjang dia bergerak dengan cepat membuka pintu gubuk dengan membungkuknan badannya  di samping pohon palm.  Putra pertapa melihatnya dan berteriak pada ayahnya “ tidak mengetahuinya dia itu adalah kera “ di sini ada  pertapa dalam keadaan mengigil kedinginan datang kearah perapian “ (69) kemudian dia berkata pada bapaknya dengan bait syair pertama agar mengijinkan petapa yangmalangikut merasakan kehangatan api .
“ Ayah lihatlah ! ada seorang pertapa yangmalangyang berada di smaping pohon palm disana di sini kita memunyai satu gubug untuk tinggal maka ijinkan ia untuk tinggal bersama kita untuk berbagi rasa kepada kita.

Ketika bodhisattva mendengar hal itu dia segera pergi ke arah pintu untuk melihatnya, tetapi ketika ia melihat makhluk yang di sangka seorang pertapa  kemudia ia berkata oh … putraku manusia tidak mempunyai wajah seperti itu ia adalah seekor kera dan dia tidak harus berada bersama kita !. kemudian ia mengulangi syair bait ke dua “ dia akan mengotori tempat kita jika ia masuk ke dalam pintu maka ia seperti muka itu
-     mudah dikatakan
-     tidak baik dan tidak cocok bila dikandung dan dilahirkan dalam keluarga brahmana.
“ Bodhisattv mempunyai suatu pikira  ia menangis apa yang kau lakukan dan kau inginkan disana? “
Melemparinya dan  menuntutnya pergi sang kera meninggalkan pakaian pertapa dan tambahlah disanabeberapa pohon kemudian dia mengubur dirinya sendiri di hutan.
Kemudia Bodhisattva mengolah dan melatih untuk hal mulia sampai dia mencapai sifat-sifat brahma dan lahir di alam brahma .

Ketika sang maha guru mengakhiri cerita ini dia mengetahui tumimbal lahir “ laki-laki yang  licik itu adalah sang kera di atas rahula adalah sang anak adalah dari pertapa dan saya sendiri adalah petapa itu”.

Readmore..
 
© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com